PWMU.CO-Tak ingin ketinggalan peristiwa langka blood moon (gerhana bulan berwarna merah darah) abad ke-21, sejumlah masjid dan musholla menyelenggarakan salat khusuf. Tak terkecuali juga masjid dan mushola di bawah naungan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pare, Kabupaten Kediri. Sejumlah masjid dan musholla tersebut menyelenggarakan salat gerhana bulan khusuf Al Qamar.
Uniknya, kegiatan tersebut dilakukan secara serentak, Sabtu (28/07/2018) dini hari padahal tidak ada intruksi resmi dari PCM setempat. Malam itu, mereka melaksanakan serangkaian salat gerhana bulan. Kegiatannya diawali dengan salat tahajud, kemudian diteruskan salat gerhana bulan, khutbah gerhana bulan, dan diakhiri salat subuh berjamaah. Tidak hanya berhenti di situ, sebagian masjid dan mushalla juga melanjutkan melaksanakan salat isyroq di pagi harinya dan ditutup sarapan pagi bersama.
Itu juga yang dilakukan di Masjid Mustaqim dengan menghadirkan imam dan khotib Ustadz Samsul Al Hafidz, Masjid Attaqwa, Masjid Ali Aljabar, Masjid Fastabiqul Khairat, Masjid Al Hakim Jombangan, Mushola al-Furqon Pelem Pare, serta Masjid Ruqayah di jalan Malabar Komplek MTS Muhammadiyah Pare. Sejumlah masjid dan mushalla itu menyelenggarakan salat gerhana secara serentak.
Masjid Mustaqim menghadirkan Ustadz Samsul Al Hafidz sebagai imam dan khotib. Sementara di masjid Ruqayah, yang bertindak sebagai iman adalah Ustaz Khairul Anam dan khotibnya Dahlansae. Setelah Ustaz Khairul Anam membaca takbiratul ihram dan doa iftitah, dilanjutkan baca surat al-fatihah dan surat al-baqarah hingga ayat (46), kemudian rukuk membaca doa seperti doa salat fardhu, lalu bangkit dari ruku membaca samiallahulimanhamidah, diikuti para jamaah dengan membaca: Rabbana walakal hamdu.
Imam kembali membaca surat al-fatihah dilanjutkan dengan bacaan surat al-Baqarah hingga ayat (88), kemudian rukuk kedua membaca doa rukuk seperti dalam salat fardhu. Selanjutnya bangkit dari rukuk sambil membaca samiallahulimanhamidah, diikuti makmum dengan baca: Rabbana walakal hamdu, setelah itu diteruskan sujud seperti salat fardhu lalu duduk di antara dua sujud sambil membaca doa seperti doa salat fardhu, kemudian sujud membaca doa dalam shalat fardhu, selanjutnya bangkit berdiri pada hitungan rakaat kedua, dilanjutkan membaca surat al-fatihah dan membaca surat Al Kahfi hingga pada ayat ke (46),
Imam rukuk diikuti makmum dan baca doa, seperti dalam rakaat pertama, dilanjutkan membaca surat al-Kahfi sampai ayat (110). Dan oleh ustadz Khoirul Anam, salat gerhana bulan diakhiri dengan salam penutup. Di masjid Rukoyah, salat gerhana bulan dimulai pada pukul 02.55 WIB, dan diakhiri pukul 0405 WIB, dan khotib naik mimbar.
Dalam khotbanya, Dahlanase menyampaikan tanda-tanda kekuasaan Allah. Penulis buku Non Fiksi Qod Aflaha Man Tazakka itu kemudian mengutip arti quran Surat Ali Imron ayat (191): “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi”. Yang dimaksud dalam ayat (191 )surat Ali Imran ini adalah penjelasan kepada manusia bahwa ketinggian langit tanpa atap, luasnya terhampar di angkasa begitu indah ,dihiasi oleh kepadatan tata surya, letak tata surya termasuk bintang gemintang yang nyaris sempurna tanpa cela adalah tanda-tanda kekuasaan Allah Swt.
Kemudian disambung dengan ayat berikutnya yang artinya: “Dan silih bergantinya malam dan siang, sungguh terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal”. Yang dimaksud orang berakal adalah orang-orang yang menganggap bahwa gerhana bulan, gerhana matahari adalah sebagai peringatan bagi mukmin, bukan terjadi akibat kematian seseorang, ataupun lahirnya seseorang, tetapi semuanya terjadi atas kehendak Sang Pencipta.
“Sebagai orang beriman, hendaknya kita bersikap sesuai dengan perintah Nabi Muhammad SAW dengan memperbanyak takbir, mengerjakan shalat khusufil Qamar dan bersedekah,” tutur Dahlanase.
Sekretaris MHH PDM Kabupaten Kediri yang juga kontributor PWMU.CO itu mengutip hadits riwayat Bukhari nomor 1044 yang artinya: “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda, di antara tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang, atau lahirnya seseorang. Maka jika melihat hal tersebut berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah salat, serta bersedekahlah”.
Gerhana bulan pada 28 Juli 2018 tepat hari Sabtu dini hari, kata dia, diprediksi baru akan terjadi kembali setelah 105 tahun mendatang, yakni pada 2.123 miladiyah. Dikatakan juga bahwa, gerhana bulan tahun ini disebut sebagai super blood moon (gerhana bulan berwarna merah darah), karena warnanya merah dan ketika melewati bayangan bumi, piringan bulan warna merah ini akibat cahaya matahari dibiaskan atmosfer bumi, pantulan tersebut kemudian dilanjutkan ke planet bulan. Gerhana bulan 2018, lanjut dia, merupakan gerhana yang terlama, yaitu 1 jam 43 menit.
Selanjutnya dia menjelaskan tentang Ulil Albab ,yaitu orang yang memiliki akal sehat yang disebutkan Allah pada ayat (191) yang artinya: “yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring ,” dalam Kitab Shahih Rasulullah SAW bersabda :”Shalatlah sambil berdiri , tapi jika kamu tidak mampu berdiri , shalatlah sambil duduk. Jika kamu tidak mampu maka berbaringlah pada lambung mu sebelah kanan”.
Jadi, lanjut salah seorang, khottib masjid Ali Aljabar dan Attaqwa PRM Bendo Pare itu, orang berakal tidak pernah terputus dari berfikir, dalam semua keadaan lisan hati dan jiwanya. Dia selalu mengingat Allah SWT. Sekretaris FKPM (forum komunitas pedagang mandiri) Pasar Induk Sayur Buah dan Pangan Pare Kediri ini kemudian menambahkan arti Quran Surat Ali Imron ayat (191), “Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi”.
Maksudnya, kata dia, adalah memaknai semua yang terjadi di alam semesta ini, dengan ilmu hikmah dan husnuzan terhadap penciptaan Allah SWT, yang di dalamnya terkandung hikmah kemuliaan. Dan itu, lanjut dia, hanya mampu dipikirkan orang-orang berakal. Kemudian orang berakal itu berdoa, “Yaa Rabb kami, tidaklah Paduka menciptakan ini semua dengan sia-sia termasuk gerhana bulan total yang diciptakan Allah pada malam hari ini, tidaklah sia-sia. Maha Suci Yaa Allah, maka peliharalah kami dari siksa api neraka”.
Ketua MPS PCM Pare itu selanjutnya mengatakan bahwa bulan adalah satelit bumi, memiliki tiga gerakan sekaligus, yaitu pada porosnya beredar mengelilingi bumi dan bersama bumi beredar mengelilingi matahari. Periode revolusi bulan mengelilingi bumi, lanjut dia, ternyata sama dengan periode rotasinya. Peristiwa kecepatan bulan mengitari bumi sama dengan rotasi pada porosnya. Akibatnya, permukaan bulan terlihat dari bumi selalu sama. Planet bulan tidak menghasilkan cahaya sendiri, tetapi memantulkan cahaya dari matahari.
Penampakan bulan dari bumi, kata dia, dinamakan fase-fase bulan. Di antaranya bulan sabit, bulan purnama, bulan Separuh, dan bulan susut. Ketika bulan susut itulah tidak memantulkan cahaya, sehingga terjadi gerhana bulan disamping itu bulan berada dalam satu garis dengan bumi dan matahari.
Mengakhiri khotbahnya, Dahlansae mengutip Quran Surat Yasin ayat (40). “Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan, dan malam pun tidak dapat mendahului siangnya, masing-masing beredar pada porosnya,” kata dia. (DahlansaePare Kediri )
Discussion about this post