PWMU.CO-Muhammadiyah Sidoarjo berduka kembali. Ustadz, sahabat, guru, dan pimpinan Muhammadiyah ini berpulang, Sabtu (4/8/2018) pukul 18.40. Ustadz Abdulllah Hasan meninggal dunia di Puskesmas Putat, Tanggulangin, Sidoarjo.
“Sore beliau masih pasang bendera. Tiba-tiba mengeluh pusing sehingga saya minta bapak istirahat,” tutur Yusron, putra kedua Abdullah Hasan. Beberapa saat istirahat, pria yang akrab dipanggil Pak Dullah ini mengeluh sakit dada dan minta diantar ke Puskesmas.
Saat di Puskesmas Putat, Pak Dullah sempat menunaikan shalat Maghrib. “Selesai shalat ternyata beliau meninggal dunia,” tambah Yusron.
Wafat di usia 60 tahun, Pak Dullah langsung dikebumikan Sabtu malam itu di Desa Kali Tengah Tanggulangin. Shalat jenazah diimami Prof Imam Muchlas dilaksanakan di halaman rumah duka. Karena itu semua jamaah shalat tetap mengenakan sepatu maupun sandal.
Di mata para kolega, Abdullah Hasan dikenal sebagai orang yang tulus dalam berjuang. Bahkan ketika dukungan sangat minim sekalipun, mantan kepala SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo ini tetap berjuang dengan berbagai cara.
“Dulu ketika Pak Dullah masih ketua Majelis Tabligh PDM Sidoarjo, bendahara tidak terlalu memikirkan kegiatan majelis ini. Bahkan nyaris tak ada anggaran, sehingga kalau ada kegiatan ke luar, saya dan Pak Dullah pergi ke Masjid Al Hidayah Tanggulangin minta dana ibnu sabil agar kami bisa menghadiri kegiatan tersebut,” kenang Ashuri, komandan Kokam Jawa Timur.
Terkenal humoris dan gampang bergaul membuat Pak Dullah meninggalkan kesan di mata mitra kerjanya. Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Dr Hidayatullah yang pernah menggantikan Pak Dullah sebagai kepala Smamda, menjelaskan, dia orang yang jujur dan ikhlas.
“Selama kami bergaul dan bekerja sama di Smamda dan di persyarikatan kami menemukan sifat jujur, ikhlas dan tanggung jawab serta semangat dalam berjuang,” terang bapak tiga anak ini. Tidak hanya itu, sambung dia, Pak Dullah punya kepekaan sosial tinggi, terutama terhadap bawahannya.
“Beliau punya kepekaan sosial yg tinggi dan tetap ramah. Menyadari kekurangan dan memberi ruang bagi anak buah serta mengapresiasi karya dan kinerja anak buah. Semua yang beliau lakukan tanpa pamrih, orientasinya hanya keridlaan Allah swt,” papar Hidayatullah.
Kesan senada disampaikan Wigatiningsih MPd yang sekarang menjabat kepala Smamda. Perempuan yang pernah menjadi murid sekaligus rekan kerja ini menggambarkan H. Abdullah Hasan sebagai pribadi yang jujur dan sederhana.
“Beliau adalah pribadi yang jujur dan penuh kesederhanaan, guru yang sabar kepada semua siswa, lebih-lebih pada siswa yang memerlukan perhatian khusus,” ujar kepala Smamda Sidoarjo periode 2014-2018.
Saat memimpin Smamda, Pak Dullah dikenal suka humor dan sabar. “Saat jadi kepala sekolah orangnya sabar, mengayomi. Kalau menghadapi orang yang bermasalah sering ikut baper, dan empatinya sangat tinggi,” lanjut pendekar Tapak Suci ini. “Beliau juga terbuka untuk hal-hal yang menyangkut kepentingan bersama,” tambah Bu Wigati.
Selain sebagai pengawas pendidikan di Kemenag, Pak Dullah juga seorang ulama yang disegani. Pernah menjadi ketua Majelis Tabligh, posisi terakhir menjadi wakil ketua PDM Sidoarjo. “Pak Dullah orang yang aktif membina organisasi. Beliau selalu hadir setiap acara Forum Komunikasi Masjid Muhammadiyah Sidoarjo (FKMMS). Bahkan beliau selalu menyemangati kami untuk terus aktif mengurus masjid Muhammadiyah,” ujar Chasan Bashri, ketua takmir Masjid An-Nur Muhammadiyah Sidoarjo.
Kini pak Dullah telah berpulang, meninggalkan umat dan masyarakat sidoarjo yang selalu merindukan petuahnya. Semoga khusnul khotimah. (R6)