PWMU.CO – Muhammadiyah harus berhenti memuji-muji diri sendiri dalam bidang ekonomi. Sebab, masih kelemahan di bidang ekonomi yang harus dikejar. Itulah salah satu pesan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang Ekonomi, DR Anwar Abbas, kepada peserta Rapat Kerja Nasional Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kamis, (12/5).
Berhenti memuji-muji diri ini, kata Anwar, agar muncul kesadaran akan kelemahan dan kemudian bergerak untuk memperbaikinya. Dengan gaya bicara yang ceplas-ceplos, Anwar, menekankan, bahwa banyak contoh lemahnya Muhammadiyah baik secara organisasi maupun warga dan pengurusnya dalam bidang ekonomi.
(Baca: Ilham Habibie: Indonesia Butuh Tiga Pilar Inovasi Ekonomi Masa Depan)
“Muhammadiyah disebut-sebut beraset Rp 20 Trilyun. Tapi, ada satu orang saja yang asetnya lebih dari Rp 150 Trilyun. Jutaan orang di Muhammadiyah kalah dengan satu orang saja,” ujar Anwar di depan para peserta Rakernas.
Anwar juga berkisah. Suatu saat ia pergi ke Thailand. Relasinya di negeri gajah putih tersebut memiliki peluang bisnis menarik dan mengajaknya bekerja sama. Anwar diminta menyediakan modal Rp 500 milyar untuk kepentingan itu. Setiba di Tanah Air, ia hubungi orang orang yang dipandangnya berpotensi untuk menangkap peluang itu. Hasilnya: nihil. Anwar gagal mengumpulkan uang yang dibutuhkan untuk keperluan tersebut.
(Baca juga: Spirit Toyota Camry L 1 MH)
“Maaf pak Abas, saya baru saja mengakuisisi BPR Rp 5 Milyar dan kini uang saya habis,” demikian kutip Anwar pada jawaban salah satu kolega yang dihubunginya itu. “Begitulah kondisinya. Baru investasi 5 Milyar saja, kekuatannya habis. Apalagi harus Rp 500 Milyar,” jelas Anwar.
Rapat Kerja Nasional Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan ini diikuti anggota Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Pusat dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah se-Indonesia.
Ayo, berhenti memuji diri sendiri. Saatnya refleksi untuk memunculkan kesadaran tentang kelemahan kita. Kemudian bergerak untuk memperbaikinya. (iman supriyono)