PWMU.CO – Berita tentang rumah tokoh Muhammadiyah Garut, Jawa Barat, KH Aban Sobana, menghiasai media sosial dalam dua hari ini. Meski lokasi kejadian di Jawa Barat, tapi kecanggihan teknologi, membuat kabar ini pun tersiar luas di Jatim. Sebagai sesama aktivis Persyarikatan, mereka pun bertanya-tanya, apa sebenarnya yang terjadi pada KH Aban Sobana itu. Terlebih di saat isu tentang kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) juga sedang “hot”.
Bahkan, ada yang menganalisanya secara ekstrem, dengan menyebut kejadian ini sebagai “cikal bakal kebangkitan kembali” Partai Komunis Indonesia (PKI). “Kanigoro Jilid II?” begitu kata Abdulloh dalam Grup JIMM Jawa Timur. Maklum saja, bagi Jawa Timur, peristiwa Kanigoro memang cukup membekas bagi aktivis Muslim. Sebab, dari peristiwa inilah berbagai pembantaian dilakukan oleh PKI terhadap para tokoh Islam pada peristiwa G 30 S/PKI.
Peredaran informasi yang tak lengkap ini kontan saja membuat pimpinan Muhammadiyah, tak terkecuali di Jatim, harus mencari klarifikasi kepada pihak yang berkompeten. Sebab, berita yang tersebar memang tidak lengkap. Bahkan, juga tidak ada tindak lanjut pemberitaan tentang pokok masalahnya.
Akhirnya, konfirmasi yang ditunggu itu muncul pada hari ini, Jumat (14/5) pukul 09.47 wib tadi. Melalui chat WhatApps-nya dengan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang membidangi informasi Prof Dadang Kahmad, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim, Nadjib Hamid MSI, mengabarkan duduk perkara kejadian ini. “Prof Dadang, mohon konfirmasi mengenai kasus Garut. Karena sudah menyebar ke mana-mana,” begitu tulis Nadjib pada pukul 08.15 wib.
(Baca: Pengajian Umum, Tapi Off the Record dan Hoax! Meme Muhammadiyah Advokasi Korban Densus 88)
Balasan chat dari Ketua PP Muhammadiyah yang berasal dari Jawa Barat, sekitar lokasi “teror” pun muncul 1 jam 29 menit kemudian. “Informasi dari Ketua PDM Garut, yang melakukan (perusakan adalah, red) tetangga Ustadz Aban. Seorang pemuda yang merasa terganggu oleh pengajian. Sedang didalami kemungkinan disuruh oleh orang lain,” begitu jawabannya. Di akhir chat, Dadang memberi tekanan pada sebuah kalimat “Tapi bukan gerakan komunis”.
Di kesempatan lain, Ketua PP Muhammadiyah, Hajriyanto Y. Thohari menyatakan kabar “perusakan” itu memang betul terjadi. Sama-sama mendasarkan pada laporan PDM Garut, kabar “teror” yang beredar itu terlalu didramatisir. Sebab, perusakan dilakukan oleh oleh orang kesehatan jiwanya sedang terganggu. “Sama sekali bukan oleh orang yang ditengarai bekas PKI, komunis, atau apalagi oknum yang berindikasi politis seperti yang diisukan,” ujar Hajri.
Ihwal berita “teror” ini bermula dari harian yang terbit di Bandung, “Inilahkoran” dua hari lalu (11/5). Berita yang belum tuntas ini, termasuk saat berita ini ditulis pada 13.35 wib (13/5), lantas “menasional” seiring dengan beberapa media Islam yang me-relay-nya dengan “tambahan” di sana sini. Kurang eloknya, media yang me-relay itu ternyata juga tidak melakukan konfirmasi kepada pihak yang kompeten.
Semoga klarifikasi ini bermanfaat, terutama bagi warga Muhammadiyah. “Waspada boleh, tapi jangan melebih-lebihkan. Apalagi termakan oleh berita yang mendramatisir kejadian yang biasa-biasa saja,” begitu pesan Nadjib. (iqbal paradis)