PWMU.CO – Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Mungkin itulah peribahasa yang cocok menggambarkan kegiatan asatidz (para guru) dan siswa-siswi SMP Muhammadiyah 13 Campurejo, Panceng, Gresik, Sabtu (18/8/18).
Di momentum HUT Ke-73 RI, para siswa Hamas School—sebutan sekolah daerah pantura yang baru setahun berdiri ini—ikut berpartisipasi dalam acara sedekah bumi dan lomba hias perahu yang bertempat di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Campurejo, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik.
“Salah satu tujuan melibatkan anak-anak dalam acara tersebut adalah mengajarkan mereka untuk melihat wujud syukur masyarakat pesisir yang direalisasikan dalam acara sedekah bumi dan lomba hias perahu,” tutur Kepala Hamas School Nurul Wakhidatul Ummah SKom.
Ibu satu anak ini menambahkan, sedekah bumi di Campurejo adalah sedekah masyarakat pesisir atas hasil laut secara nyata, tanpa adanya unsur animisme dan dinamisme. “Acara ini diawali dengan doa bersama dan pengajian, lalu makan tumpeng secara bersama-sama,” ungkapnya.
Fidah—sapaan akrab Nurul Wakhidatul Ummah—mengatakan, kita masih melihat banyak sedekah bumi di pantai daerah lain yang hidangannya tidak dimakan bersama-sama, melainkan dihanyutkan ke laut.
“Hal tersebut adalah kepercayaan animisme-dinamisme yang harus kita luruskan ke anak-anak, dengan memperlihatkan praktiknya secara benar,” tegas perempuan berusia 25 tahun itu.
Acara dilanjutkan dengan pelayaran ratusan perahu yang sebelumnya telah dihias apik oleh pemilik perahu dan masyarakat desa.
Momen ini tidak disia-siakan oleh pembina ekstrakurikuler jurnalistik Muafillah Shofah SSi. Ia langsung mengarahkan anak-anak untuk menaiki perahu dan mengambil gambar.
“Karena ini adalah momen yang langka, jadi saya ingin agar anak-anak praktik memotret secara langsung sambil belajar wawancara kepada masyarakat. Tentu sebelumnya, mereka telah dibekali tentang apa itu dan bagaimana cara mendapatkan foto jurnalistik,” ungkap Fillah—sapaannya.
Sementara itu, guru prakarya Shofi Maulina Haji SPd memfasilitasi siswa yang tidak tergabung dalam ekskul jurnalistik. “Saya mengajak mereka melakukan tadabbur alam sambil menggambar suasana di sana. Nantinya, gambar tersebut dikumpulkan dan akan dipilih yang terbaik,” ujarnya.
Sambil asyik mengambil foto dan menggambar di atas perahu, anak-anak juga berinteraksi dengan warga sekitar. “Acara tumpengan dan lomba hias perahu ini sudah dilakukan dari tahun ke tahun. Saya selalu ikut untuk memeriahkan,” jelas Wartono, salah satu warga peserta lomba hias perahu.
Nelayan berusia 45 tahun itu menambahkan, ada sekitar 150 perahu yang ikut lomba. “Perahu berlayar dari TPI menuju pantai pasir putih Dalegan dan kembali lagi ke TPI. Nanti akan diambil pemenang berdasarkan undian dan pemenang utama mendapatkan uang tunai senilai Rp 1 juta,” jelasnya.
Kebahagiaan tidak hanya terlihat dari anak-anak Hamas School yang ikut berlayar, tapi juga dirasakan pemilik perahu dan keluarganya. “Kami ingin menyenangkan hati orang lain dengan memperbolehkan anak-anak naik perahu secara cuma-cuma sebagai wujud rasa syukur kami,” ungkap bapak dua anak itu sumringah.
Fidah berharap, contoh real tersebut tertanam ke anak-anak sehingga kelak, jika ada yang tinggal di pesisir daerah lain dan menemukan sedekah bumi yang mengandung ritual animisme-dinamisme, mereka bisa memberikan masukan dan menjadi agent of changes (agen perubahan).
“Hal ini sesuai dengan tujuan utama Muhammadiyah, yakni memberantas tahayul, bid’ah, dan churafat (TBC),” tutupnya. (Fillah)