PWMU.CO. Tingkat minat baca mempengaruhi kualitas bangsa. Kesimpulan itu disampaikan Nency Septriyana SKM—pendiri Rumah Pelangi Suci Manyar Gresik pada acara Parenting Literasi yang diadakan di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah 2 Karangrejo Manyar, Sabtu (13/10/18).
Kegiatan yang dihadiri 150-an peserta dari wali siswa madrasah, Kelompok Bermain (Kober), dan Taman kanak-kanak (TK) Aisyiyah 14 Karangrejo ini mengambil tema “Pentingnya Menanamkan Budaya Literasi dalam Keluarga”.
Mengawali materinya, Nancy—panggilan akrabnya—menjelaskan apa itu literasi. “Literasi berarti keberaksaraan yaitu kemampuan membaca dan menulis,” jelasnya.
Atau, lanjutnya, literasi bisa juga berarti kemampuan individu untuk membaca, menulis, menyimak, berbicara, dan berhitung.
“Pada dasarnya literasi juga belajar mengolah dan memahami informasi, memecahkan masalah, dan menghadapi tantangan masa depan,” ujarnya.
Nancy menjelaskan, indeks membaca di Indonesia mencapai 0, 001 persen. “Artinya jika ada 1000 orang maka yang suka baca hanya 1 orang,” ujarnya mengutip riset Unesco tahun 2012.
“Sungguh memprihatinkan,
Dan ini akan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia atau guru jadi menurun,” ujar ibu lima anak ini.
Oleh karena itu, ujarnya, yang menjadi tanggung jawab pendidikan bukan hanya sekolah saja, namun keluarga dan masyarakat pun ikut serta.
“Untuk membesarkan seorang anak, dibutuhkan orang sekampung,” ujarnya mengutip Hillary Clinton, yang ketika menjadi Ibu Negara dia menyadari telah menurunnya fungsi-fungsi keluarga Amerika Serikat—bahkan hilang—yaitu keluarga sebagai pengayom dan pelindung.
Itulah, menurutnya, fungsi literasi dalam keluarga. “Literasi keluarga sangat efektif, karena waktu anak-anak lebih banyak di rumah dan bersama keluarga,” tegasnya.
Nancy menjelaskan ada enam literasi dalam keluarga, “Yaitu baca tulis, numerasi, sains, financial, digital dan literasi budaya dan kewargaan,” jelasnya.
Literasi baca tulis dalam keluarga, sambungnya, bisa dilakukan dengan cara membacakan buku kepada anak sejak dini, membuat jadwal untuk membaca bersama anak, dan menceritakan sejarah atau memory keluarga.
“Inilah yang mungkin paling mudah dilakukan orang tua di rumah, jika dibandingkan dari kelima literasi yang lain,” tambahnya. “Karena literasi baca tulis adalah pondasi dalam keluarga, untuk bisa melaksanakan literasi-literasi yang lain.”
Mengakhiri penjelasannya penggerak literasi di Gresik ini mengajak peserta untuk menuukseskan program pemerintah dengan melakukan kegiatan-kegiatan menumbuhkan minat baca di masyarakat. (Musyrifah)