PWMU.CO – Jika terjadi gempa, secepat mungkin kita keluar dari rumah atau bangunan menuju ke areal kosong.
Tips itu disampaikan Arifin Nursandah, Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surabaya kepada siswa-siswi kelas V SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya—dikenal dengan SD Mudipat Pucang—Senin (15/10/18).
Dosen lulusan S2 ITS itu mengatakan, jika saat gempa posisi berada dalam gedung, kita harus keluar lewat tangga darurat. “Jangan menggunakan lift. Dan kalau tidak sempat keluar gedung, kita harus bersembunyi di bawah meja,” ujarnya.
“Mengapa sembunyi di bawah meja?” tanyanya. “Karena di bawah meja ada ruang kosong yang bisa melindungi kita dari reruntuhan tembok. Cara seperti ini juga dilakukan warga Jepang saat gempa,” tambahnya.
Arifin menjelaskan, jika tinggi bangunan 10 meter, kita harus keluar menjauh radius 11 meter dari bangunan agar posisi kita aman dari reruntuhan.
“Surabaya merupakan daerah potensial gempa. Posisi Surabaya mengalami peningkatan risiko wilayah gempa. Dulu nomer dua sekarang naik jadi tiga,” jelasnya.
Arifin menerangkan, sebagian besar korban gempa disebabkan tertimbun bangunan. “Itu sebabnya mendirikan bangunan harus diperhatikan ketahanan terhadap gempa,” urainya.
Menurut dia, ada enam hal yang harus diperhatikan saat mendirikan bangunan tahan gempa. Yaitu kualitas tanah yang baik, struktur bangunan harus simetris, serta terbuat dari bahan baja ringan dan semen mortar.
“Selanjutnya memiliki struktur pondasi kuat, terbuat dari beban material yang minimal, dan menggunakan beton bertulang,” jelasnya. (Anang)