PWMU.CO-Perbedaan manusia dan binatang itu akal. Akal mengikat manusia agar tidak lepas dari hawa nafsu. Itu pembukaan kultum yang disampaikan Ustadzah Laily Makrufa saat briefing di SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo, Jumat (2/11/2018).
Dia melanjutkan, tanda-tanda orang berakal setidaknya ada delapan. Pertama luas pandangannya. Pandai memilih perkara yang memberi manfaat dan menjauhi yang menyakiti. ”Lebih mengutamakan perkara yang baik akibatnya dari pada buruk akibatnya,” urai guru Ekonomi ini.
Kedua, lanjut dia, menaksir harga diri. Mampu melihat hari-hari yg dilaluinya. Adakah dipergunakan kepada perbuatan-perbuatan yang berguna dan dikemanakan hari-hari setelahnya.
Ketiga, berbantah dengan dirinya. Dapat mencegah dirinya untuk berbuat yang tidak baik karena akan membahayakan, menyakiti, dan merugikan dirinya.
Keempat, mengingat kekurangan. Mengingat segala kekurangan diri untuk dapat terus memperbaiki diri. “Jadi bukan untuk membuat pesimis, minder, tapi lebih pada perbaikan kualitas diri,” tambah wali kelas XI IBB.
Kelima, tidak berduka cita. Ketika cita-cita tak tercapai atau nikmat yang meninggalkannya, tidak perlu kecewa dan bercemas diri. “Cemas merendahkan hikmah dan bangga menghilangkan timbangan,” ujarnya.
Keenam, memandang besar segala kesalahan. Menganggap kesalahan yang kita lakukan sekecil apapun adalah kesalahan besar agar mampu terus memperbaiki diri. Ketika kita menganggap kecil terus menerus maka kita tdk bisa membedakan mana kesalahan yang kecil dan besar.
Ketujuh, tidak berduka hati. Setiap masalah hidup yang dihadapi pasti ada penyelesaiannya. Tidak perlu bersedih hati. Kesedihan mengaburkan akal serta tidak menyelesaikan perkara. Kedelapan, hidup untuk masyarakat bukan untuk dirinya sendiri.
“Lepas dari semua itu, orang yang berakal hanya merindukan tiga perkara. Pertama, menyediakan bekal untuk hari kemudian. Kedua, mencari ketenangan jiwa. dan ketiga, menyelidiki arti hidup,” pungkas Bu Laily. (Ernam)