PWMU.CO – Kerukunan umat Islam di Desa Kramat Sukoharjo, Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember, Jawa Timur tercermin dari Majelis Taklim Khoirun Nisa. Sebab di dalamnya bisa bergabung beberapa perempuan lintas organisasi keagamaan, seperti Aisyiyah, Muslimat, dan lainnya.
Ketua Pimpinan Ranting Aisyiyah Kramat Sukoharjo Nurul Aini, menjelaskan, semenjak tiga tahun yang lalu, Aisyiyah Tanggul aktif mengisi pada kajian-kajian Khoirun Nisa. “Anggotanya cukup banyak, sekitar lima puluh orang.”
Karena banyak anggota yang merupakan simpatisan Aisyiyah, maka Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Tanggul berinisiatif mendirikan Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) Kramat Sukoharjo. “Tapi Aisyiyah masih aktif di Khoirun Nisa,” ucapnya.
Aini mejelaskan, jadwal pengajian juga tidak berbenturan. Pengajian Khoirun Nisa diadakan setiap dua pekan sekali di hari Jumat. “Sedangkan Aisyiyah di hari Ahad,” ucapnya.
Menurut Aini, Aisyiyah dan Muhammadiyah aktif memberikan tausiah di Khoirun Nisa. Seperti Kamis (1/11/18), Majelis Kesejehteraan dan Sosial PCA Tanggul turun gunung untuk memberikan pelatihan perawatan jenazah kepada jamaah Khoirun Nisa.
Sekretaris MKS PCM Tanggul Susiati—spesialis perawatan jenazah—datang bersama-sama anggota PCA Tanggul lainnya, lengkap dengan peralatan yang digunakan praktik perawatan jenazah.
“Ibu-ibu usahakan kita dan anggota keluarga bisa melakukan perawatan jenazah. Sewaktu-waktu ada anggota keluarga yang meninggal, kita tidak usah melibatkan orang luar,” terang dia.
Begitu ada yang meninggal, sambungnya, maka kita melakukan perawatan sendiri. Setelah selesai baru kita menyiarkan kematian. “Jadi pelayat datang, jenazah sudah bersih, sebab jika ada yang harus dirahasikan dari jenazah, tidak sampai diketahui orang lain,” jelas Susiati.
Susiati pun mengajukan permintaan agara ada yang jadi ‘model’ dalam perawatan jenazah. “Ayo, siapa yang bersedia menjadi modelnya?” tanyanya. Semua menolak. Ada yang karena takut, ada juga yang berkata, “Saya belum mau meninggal.”
Tapi akhirnya Nurul Aini mengajukan dirinya sebagai ‘model” jenazah. Perawatan jenazah pun dimulai dari cara menentukan jenazah sudah meninggal atau belum. Kemudian dilanjutkan dengan mengeluarkan semua kotoran dari jenazah.
Aini yang menjadi model, langsung duduk sendiri. Karuan, tingkah Aini ini membuat heboh jamaah yang hadir. “Waduh, jenazahnya duduk sendiri,” seru seorang anggota jamaah. Tawa pun pecah.
Praktik lalu dilanjutkan dengan memandikan dan mengafani jenazah. Di akhir pertemuan, Susiati menyerahkan sumbangan peralatan jenazah kepada Majelis Taklim Khorun Nisa.
“Ibu-ibu, mari kita buat tim perawatan jenazah. Jika ada anggota atau keluarga yang meninggal, kita langsung melakukan tindakan. Tidak usah menunggu orang lain,” pesan Susiati. (Humaiyah)