PWMU.CO – Pukul 02.30 dini hari, alarm telepon genggam Atika Fauzi Basalamah sudah berbunyi. Bergegas ia harus bangun sekaligus membangunkan tiga teman satu kamarnya.
Pagi buta itu, ia dan 79 siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 (Smamsatu) Gresik yang mengikuti program Studi Kesalehan dan Scientific Breeding gelombang II harus melakukan shalat qiyamul lail di Masjid Al-Maun Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Bojonegoro, Sabtu (3/11/18).
Berjalan sambil menahan kantuk, Atika dan ketiga temannya bergegas menuju masjid. Ia sendiri tidak mengikuti shalat sunah yang dipimpin Musta’in Akbar, rekan satu kelas X MIPA 2.
Meski berhalangan, ia harus hadir karena bangun malam itu merupakan rangkaian kegiatan pembiasaan selama program berlangsung di panti. Ia hanya bisa bersandar di dinding teras masjid.
“Senang sekali rasanya seandainya saya bisa bangun pagi terus dan melakukan shalat malam setiap hari. Tapi kenapa terasa sangat berat ya? Mungkin karena tidak terbiasa,” ujarnya.
Kepada PWMU.CO, gadis yang murah senyum ini berterus terang jika melakukan shalat malam hanya saat menghadapi ujian nasional semasa SMP. “Satu lagi ketika ada acara Qiyamul Lail di sekolah. Jadi saya merasa beruntung bisa mengikuti pembiasan bangun malam ini,” ungkapnya.
Usai kegiatan shalat malam yang dilanjutkan shalat Subuh berjamaah, Atika dan kelompoknya mendapatkan tugas dari guru Nur Shofiyah SAg untuk membantu di warung panti.
Baginya, ini merupakan kegiatan baru. Bahkan terasa berat bagi Atika karena saat di rumah, hal-hal seperti ini belum pernah ia lakukan: membantu memasak, menggoreng tempe, dan mencuci 80 piring.
“Ini pekerjaan yang sangat luar biasa dan lumayan berat bagi saya. Karena paling banter, biasanya di rumah saya hanya mencuci piring saya sendiri,” akunya.
Tidak berhenti sampai di situ. Setelah sarapan, gadis cantik ini harus pergi ke sawah untuk mengangkut jerami dan tanah dari sawah ke tempat ternak sapi panti. Pekerjaan yang biasa dilakukan oleh laki-laki itu dia kerjakan dengan sangat cekatan.
“Sangat capek sih, tapi kegiatannya sangat mengasyikkan dan mengesankan. Kita bisa bermain kotor-kotoran sambil membantu anak-anak panti. Kegiatannya seru dan menantang,” ungkap putri seorang kontraktor ini.
Banyak pengalaman yang Atika peroleh dalam mengikuti program ini. Dia berjanji, setelah sampai di Gresik, akan berusaha menerapkan nilai-nilai yang telah ia dapatkan selama tiga hari dua malam, Jumat-Ahad (2-4/11/18), dalam program yang diikuti 235 siswa kelas X dan terbagi empat gelombang.
“Sepulang dari panti ini, saya akan berusaha menjadi pribadi yang mandiri. Tidak lagi menggantungkan kepada orangtua. Saya tidak akan mudah mengeluh dan akan mengerjakan tugas-tugas tepat waktu,” kata Atika.
Semoga Atika Fauzi Basalamah bisa merealisasikan keinginannya itu. (M. Ali Safa’at)