PWMU.CO – Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin mengapresiasi kiprah dan konsen Muhammadiyah dalam upayanya untuk memajukan bangsa Indonesia melalui dunia pendidikan.
Hal itu disampaikannya dalam acara Rembuk Nasional Forum Guru Muhammadiyah di Hotel Lor In Syariah Solo, Jawa Tengah, Sabtu (10/11/2018).
Lukman mengatakan, Muhammadiyah punya sejarah panjang dan rekam jejak yang baik di dunia pendidikan. Di mana Muhammadiyah memiliki konsen serta kepedulian begitu luar biasa untuk ikut andil mencerdaskan kehidupan bangsa melalui lembaga pendidikannya.
“Sejujurnya saya katakan bahwa ormas Muhammadiyah adalah yang terdepan di bidang pendidikan. Kalau bicara Muhammadiyah, ya, bicara pendidikan. Sudah otomatis itu. Pendidikan sudah menjadi trademark Muhamadiyah,” ungkapnya.
Lukman tak lupa menyampaikan apresiasi setinggi-tinginya kepada guru-guru Muhammadiyah yang telah berperan besar dalam upaya mempersiapkan generasi masa depan yang berkualitas, unggul dan religius.
“Guru adalah profesi yang mulia. Tidak ada profesi semulia guru. Dimana hari-harinya selalu diisi untuk mempersiapkan generasi bangsa yang berkualitas dan bermoral. Karena itu saya sampaikan terima kasih pada guru Muhammadiyah atas kontribusi besarnya,” pujinya.
Lukman menyatakan, bangsa Indonesia tidak bisa dilepaskan dari nilai agama. Karenanya, bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang religius alias sangat agamis. “Nyaris tidak ada negara yang sereligius dan seagamis Indonesia,” tegasnya.
Menurut dia, kondisi itu adalah buah atau hasil dari yang ditanam oleh para faunding father bangsa Indonesia. Terutama ormas keagamaan yang berdiri sebelum masa kemerdekaan.
“Alhamdulillah, saat ini kita bisa menikmati apa yang ditanam oleh irang tua kita itu. Maka dari itu, kita harus terus rawat bersama dan wariskan pada anak cucu kita,” tuturnya.
Lukman mengeluhkan muculnya dua kutub pemahaman keagamaan yang saling bertolak belakang, yakni munculnya kelompok liberalis dan konservatif di kalangan umat Islam.
“Hakikat agama itu ya moderat. Tidak ada agama yang ekstrem. Maka kita berkewajiban untuk mengajak kejalan washatiyah. Agama tidak bisa ditebarkan dengan rasa benci. Tapi harus didakwahkan dengan rasa cinta dan dengan cara damai,” tegasnya. (Aan)