PWMU.CO – Menulis berita itu berbeda dengan menulis sebuah proposal proyek. “Pakai pendahuluan segala dan suka bertele-tele.”
Pernyataan itu ditegaskan Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohammad Nurfatoni kepada 31 peserta Pelatihan Jurnalistik bertema “Be a Good Writer on Digital Area” yang diselenggarakan Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah GKB, Selasa, (13/11/18) di Synergy Room, SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik.
Menurut Fatoni—sapaan akrabnya—menulis berita itu harus to the point. “Yang juga penting, jangan menyertakan opini pribadi,” ujarnya sambil menceritakan, masih ada kiriman berita ‘bergenre’ proposal, yang masuk ke meja redaksi PWMU.CO.
Berita bergaya proposal itu, menurut dia, dicirikan adanya paragraf awal yang berisi latar belakang atau tujuan sebuah kegiatan. “Setelah kita cek, ternyata 1-2-3 paragraf awal seperti itu adalah pendapat pribadi kontributor,” ungkapnya menyinggung jurnalis warga yang selama ini menjadi pemasok terbesar berita-berita PWMU.CO.
Menurut ayah lima anak ini, masuknya pendapat pribadi dalam berita tidak diperbolehkah, sebab akan mengacaukan antara fakta dan opini. “Sedangkan berita itu adalah fakta yang dideskripsikan dan disertai dengan konfirmasi atau wawancara pada pihak terkait,” jelasnya.
Pentingnya fakta ini menjadi penekanan dia karena sebuah berita atau media harus bisa dipercaya masyarakat. “Kredibilitas sebuah media sangat dipengaruhi bagaimana menyajikan berita yang faktual, yang sesuai dengan kenyataan. Bukan karangan, juga bukan opini wartawan,” tuturnya.
Kredibilitas itulah, menurut dia, yang selama ini dijaga oleh PWMU.CO. “Dan alhamdulillah selama ini kami dipercaya oleh pembaca,” ucapnya sambil menyebutkan beberapa berita PWMU.CO yang menjadi referensi pihak lain.
Dia juga menyebutkan beberapa berita yang menggugah simpati pembaca untuk ikut berpartisipasi di dalamnya. “Berita meninggalnya anak IPM Bangkalan itu menggugah simpati yang luar biasa. Banyak pembaca yang tergerak memberikan bantuan dana untuk melunasi biaya selama pengobatan di rumah sakit,” paparnya.
Selain faktual, Fatoni menekankan pentingnya akurasi berita. Kepada peserta yang sebagian adalah kontributor PWMU.CO, dia mewanti-wanti untuk memerhatikan secara serius soal akurasi. “Jangan sampai menulis nama dan jabatan narasumber salah atau tidak lengkap,” pesan Fatoni yang sehari-hari memimpin perusahaan percetakan itu.
Akurasi ini penting, sambungnya, karena pembaca atau pihak terkait bisa melakukan verifikasi untuk membuktikan kebenaran berita tersebut. Dia berpesan, selain akurasi, berita juga harus lengkap memuat unsur 4W1H (what/apa, when/kapan, where/di mana, why/ mengapa, dan how/bagaimana.
“Itu semua untuk menghindari hoax alias berita palsu,” ucapnya. (Ichwan Arif)