PWMU.CO-Guru kreatif itu bisa meniru kreatifnya Muhammad Al Fatih, penakluk Konstantinopel. Hubungan kreativitas guru dengan Khalifah Turki Usmani itu dikupas oleh Dr Praptono, MPd, kepala Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar.
Di hadapan 147 peserta Bimbingan Teknis Peningkatan Kompetensi Literasi bagi Guru Pendidikan Dasar di Palembang, Senin (19/11/18), dia menjelaskan, setelah berkali-kali gagal menghancurkan benteng ibukota Bizantium, Sultan Muhammad tidak lagi menyusuri Selat Gibraltar karena sudah dipasang ranjau berupa rantai yang membentang di Semenanjung Tanduk Emas.
”Tiba-tiba muncul ide gila. Dia perintahkan pasukannya menyeberangkan 70 kapal lewat jalur darat. Menaiki bukit Galatar. Untuk menarik kapal-kapal itu, pasukanya meminyaki batang-batang kayu sebagai roda landasan. Kapal dipindahkan ke muara,” tuturnya.
Cara itu dilakukan, sambung dia, untuk memukul lawan dari belakang. Terbukti dengan taktik itu dengan kerja keras Konstantinopel akhirnya direbut hingga kini jadi Kota Istambul.
”Usaha penuh kreatif dan perencanaan yang matang demi tercapai cita-cita. Guru juga harus banyak akal, kreatif sehingga siswa pun kreatif. Kalau ingin memiliki siswa kreatif, guru harus jadi pioner dulu, baru bisa mendapatkan siswa yang kreatif pula,” ungkapnya.
Untuk itu, lanjutnya, di sesi kegiatan ini, guru harus bisa mengasah karakter kreatif. Literasi, tambah dia, bisa dijadikan strategi guru dalam mewujudkan keinginan tersebut. Menumbuhkan daya kritis dan komunikasi bisa menunjang kreativitas.
“Mari kita ciptakan Muhammad Al Fatih dari forum ini untuk ciptakan karakter kreatif siswa kita,” pesannya, mengakhiri sambutannya. (Ichwan Arif)