PWMU.CO – Sidang pleno Rapat Kerja Wilayah Ke-36 Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Tanjung Kodok Beach Resort Jalan Raya Paciran, Lamongan, Sabtu (8/12/18) menghadirkan narasumber dr Sofyanto SpBS—seorang dokter spesialis bedah syaraf yang lebih banyak memberi wawasan entrepreneurships.
Dengan bekal entrepreneurships itu, Sofyanto dan rekan-rekannya di National Hospital Singapura Surabaya Citra Land mampu mendapatkan kepercayaan dari pasien bedah syaraf premium manca negara yang dioperasi di Surabaya tanpa meninggalkan misi sosial kepada kaum dhuafa.
Dokter yang pada masa muda atau awal menjadi dokter pernah “ngenger” di sejumlah RS Muhammadiyah ini mendorong Jaringan Rumah Sakit Muhammadiyah/Aisyiyah (RSM/A) semakin maju dan tanggap menyikapi zaman.
“Era milenial yang dimulai sejak tahun 2000 hingga sekarang telah mengubah orientasi layanan kesehatan dari hospital oriented menuju service and patient oriented,” ujarnya.
Menurutnya, bukan eranya menonjolkan fisik fasilitas kesehatan yang mentereng tapi dalamnya “kosong”. Kosong yang dimaksud Sofyanto adalah sulitnya konsumen atau pasien memperoleh informasi lengkap sesuai kebutuhannya.
“Kegiatan marketing menjadi sebuah kewajiban bagi rumah sakit yang menawarkan layanan premium,” pesannya. “Berdosa jika rumah sakit dan paramedisnya tidak melakukan kegiatan marketing.”
Dia menegaskan, dosa yang dimaksud dalam hal ini yaitu kesalahan tidak memberitahukan kemampuan medis rumah sakit dan personilnya sangat dibutuhkan masyarakat.
Dengan tingkat pengetahuan masyarakat yang beragam, sambungnya, tidak semua mengetahui secara detil jenis penyakit dan layanan yang tepat untuk penyembuhannya. Menurut Sofyanto marketing bisa dikategorikan ibadah bahkan dakwah dan tabligh dalam memberikan pencerahan mengenai kesehatan, pencegahan, penanganan, sampai penyembuhannya.
Ia juga berpesan berpesan agar RSM/A siap dan tidak takut menghadapi era ketidakpastian. Suatu era industri 4.0 era big data yang suka atau tidak suka sudah harus beranjak menuju era service and patiens oriented. “Era yang harus disikapi dengan memperhatikan, menyimpan dan mengolah data kosumen atau pasien sebaik-baiknya sebagai aset big data yang paling berharga,” terangnya. (Prima Mari Kristanto)