PWMU.CO – Muhammadiyah sudah banyak memberi kepada Bangsa Indonesia melalui gerakannya. Dan harus memberi banyak lagi. Muhammadiyah juga harus mulai bergerak untuk memberikan kontribusi nyata bagi perubahan dunia internasional. Demikian pandangan Prof Franz Magnis Suseno dalam diskusi pada Konvensi Nasional Indonesia Berkemajuan (KNIB) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Selasa (24/5) pagi.
(Baca: Muhammadiyah Menghadirkan Fajar Baru bagi Kemajuan Indonesia)
”Muhammadiyah merupakan impuls pembaharuan, modernisasi, dan berkemajuan. Karena Muhammadiyah sangat fokus pada bidang pendidikan, yang merupakan kunci dari kemajuan suatu bangsa,” katanya.
Magnis Suseno mengatakan, di bidang politik, Muhammadiyah juga menunjukan peran nyata dalam membangun bangsa. “Muhammadiyah tidak pernah menjadi partai politik. Tetapi selalu melahirkan tokoh-tokoh politik yang berkhidmad pada politik kebangsaan,” ujarnya.
(Baca: Muhammadiyah Berkemajuan, Jawaban Islam Indonesia Masa Depan)
Tokoh Katholik ini mengatakan, satu bahaya adalah ketika gambar Islam di dunia Barat dibajak oleh orang-orang ekstremis, sehingga citra Islam menjadi buruk. “Namun, Muhammadiyah menunjukkan bagaimana kearifan dan wajah Islam yang rahmatan lil alamin,” katanya. ”Islam yang ditunjukkan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam adalah Islam yang moderat dan berkemajuan.”
Menurut pria kelahiran Jerman ini, Islam memainkan peran kunci bagi bangsa Indonesia. Dan satu yang menarik dari Indonesia, katanya, Islam Indonesia yang mayoritas ini bisa menerima dan tidak memberi posisi khusus di konstitusi negara, yakni Pancasila dan UUD 1945.
(Baca: Puluhan Tokoh Nasional Siap Hadiri Konvensi Nasional Indonesia Berkemajuan)
”Pancasila dan UUD 1945 sampai sekarang adalah konsensus yang tidak dipersoalkan. Ini yang tidak dimiliki oleh negara lain yang merupakan kunci dari persatuan itu sendiri,” tegasnya.
Magnis Suseno menambahkan, Islam mainstrem di Indonesia yang menunjukan peran nasionalisnya adalah Muhammadiyah dan NU. Seperti pada momentum Hari Kebangkitan Nasional yang merupakan bagian dari kebangkitan Islam Indonesia itu sendiri. Itu ditandai, katanya, dengan Budi Utomo, Serikat Islam, Muhammadiyah dan juga NU.
”Muhammadiyah memiliki peran kunci sebagai penyeimbang bangsa. Mau menerima perbedaan adalah kuncinya. Maka yang harus barat lakukan adalah belajar tentang Islam sebagai rahmatan lil alamin,” tandasnya. (aan)