PWMU.CO-Begitu anak-anak masuk sanggar batik mereka menjumpai banyak peralatan batik dan kain mori yang dibeber di gawangan. Hari itu murid-murid kelas 5 MI Muhammadiyah 2 Campurejo Panceng Gresik mengunjungi pusat kerajinan batik Desa Sendang Agung Paciran Lamongan, Kamis (10/1/2019).
Mereka dipandu oleh M. Mukhlis SPSi, pengelola sanggar yang memberi arahan dulu sebelum membatik. “Adik-adik jangan takut kalau membatik. Ini mudah dan menyenangkan. Seperti menggambar,” jelasnya.
Saat praktik mereka dibagi menjadi dua. Kelompok laki-laki didampingi juru batik Nur Zaimah dan kelompok perempuan dibimbing juru batik Zuliyah. Keduanya pakar batik di kampung Sendang ini.
Satu persatu anak-anak diajari menggambar pola. Pola yang dibuat sesuai dengan anak usia SD/MI yang mudah bagi mereka. Awalnya mereka sudah digambarkan kemudian anak-anak itu meneruskan.
Nur Zaimah menyampaikan, pola dalam praktik batik kali ini motif batik liris atau lereng. Yaitu berupa garis-garis sejajar dengan hiasan-hiasan bunga di sela-sela garis.
“Anak-anak nanti hanya mengulang-ulang gambar pola yang sama terus menerus sampai kain penuh” kata Mbak Nur, panggilannya.
Setelah semua paham, para murid segera mengerjakan. Mereka diberi kain, canting untuk melukis, wajan, kompor, dan malam atau lilin yang dicairkan di atas kompor.
Dengan hati-hati anak-anak menciduk cairan malam dengan canting. Lalu ujungnya ditiup agar tidak buntu. Lantas dengan menggoreskan ujung canting mengikuti pola.
Tiba-tiba Barra Radikal berteriak mengaduh. ”Aduh, tanganku kena lilin,” teriaknya. Cairan lilin meleleh lengket ke tangannya karena keliru memegang canting. Tapi semangatnya mengalahkan rasa panas di tangan. Dia kembali meneruskan melukis meskipun disuruh berhenti dulu oleh Mbak Nur.
Di kelompok lain putri, juru batik Zuliyah memegangi tangan Maulidiyatus Shoufani saat mengajari cara menggoreskan ujung canting yang berisi cairan malam ke pola batik. Tangan Shofi, panggilan Maulidiyatus Shoufani, tampak menjadi lihai mengikuti garis pola.
”Lilin yang keluar dari canting bertujuan menutup kain yang tidak diwarnai,” kata Mbak Nur. Jika semua pola sudah tertutup lilin langkah berikutnya pewarnaan dengan mencelupkan kain ke cairan Napthol sesuai warna yang kita sukai. Merendam kain ke cairan warna selama beberapa waktu agar meresap.
Setelah pewarnaan selesai, berikutnya menghilangkan lilin dari kain dengan merendam ke air panas dengan dibolak-balik. Ketika lilin sudah hilang kain-kain batik itu kemudian dijemur berjajar di bentangan kayu.
Pemandu Mukhlis menjelaskan, batik merupakan seni kerajinan yang memiliki nilai estetika. Ini warisan budaya bangsa dan karya unik sehingga batik ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO sejak tahun 2009 lalu.
“Jadi, adik-adik, batik di Indonesia dijadikan sebagai masterpiece yang harus selalu dilestarikan dan dijaga agar tidak punah,” terangnya.
Nurkhan, walikelas 5 menyampaikan, kegiatan ini siswa dapat mengetahui nilai-nilai budaya yang diwariskan kepada generasi bangsa. “Membatik dapat membentuk karakter siswa menjadi bertanggung jawab, disiplin, teliti, harmonis, fokus, sabar, tekun dan mengetahui keindahan,” katanya. (Ulin Nuha)