PWMU.CO – Muhammadiyah mengingatkan pentingnya pendidikan mitigasi kebencanaan bagi warga yang tinggal di daerah rawan bencana. Ini untuk mengurangi dampak bencana dengan kemampuan deteksi dini.
”Banyak orang memahami musibah dalam pengertian yang negatif,” kata Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dr Abdul Mu’ti MEd saat meresmikan Gedung Nyai Walidah di Jalan Pandjaitan 51, Kota Probolinggo, Ahad (13/1/2019).
Musibah, versi Tarjih Muhammadiyah, ada yang positif dan negatif. Sebagian besar musibah karena perilaku manusia, sebagian merupakan ujian dari Allah. “Sisi lain, terjadinya musibah itu bisa diprediksi dengan ilmu. Ini yang kita sebut sebagai mitigasi,” ujar Mu’ti.
Sebagian warga negeri ini menyikapi musibah dengan berbagai pendekatan, mulai mistis hingga akademis. ”Muhammadiyah melihat bencana dan musibah menggunakan pendekatan teologis sesuai akidah Islam sekaligus pendekatan ilmiah,” katanya.
Mu’ti mencontohkan, masih ada sebagian warga yang memercayai mistis. Jika mereka membangun gedung dengan lebih dulu menanam kepala sapi atau kepala kerbau di fondasi bangunan. ”Dengan pendekatan ilmiah, seharusnya dirikan bangunan yang tahan gempa,” ujarnya.
Terkait bencana yang bertubi-tubi melanda Indonesia, beberapa waktu lalu Muhammadiyah sudah menerbitkan buku Fikih Kebencanaan. Isinya, mengupas bencana dari sisi teologi Islam sebagaimana Alquran berbicara tentang bencana. ”Kita harus mengantisipasi sesuai pepatah sedia payung sebelum hujan. Tapi sayangnya masyarakat masih kurang edukasi,” kata Mu’ti.
Letak Indonesia yang berada di antara tiga lempeng benua dan cincin api memiliki risiko bencana alam yang sangat tinggi sekaligus anugerah alam yang besar. Muhammadiyah, kata, Mu’ti berusaha memaksimalkan peran edukasi masyarakat perihal mitigasi bencana alam.
Dalam peresmian Gedung Nyai Walidah yang dihadiri ratusan warga Muhammadiyah dari Kota dan Kabupaten Probolinggo, Mu’ti menyinggung keberhasilan Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) Muhammadiyah MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center) yang berhasil meraih penghargaan dua penghargaan pada 2018 lalu.
“MDMC mendapat penghargaan dari Kementerian Dalam Negeri dan dari Kementerian Kesehatan, sementara itu LazisMu mendapatkan penghargaan dari Baznas sebagai lembaga amil zakat paling banyak mendapatkan dana dan paling akuntabel. Dua lembaga ini bekerjasama selalu,” ungkap Mu’ti.
Sementara itu Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Probolinggo, Drs H Masfu’ MSi melaporkan, jerih-payah warga Muhammadiyah dalam membangun Gedung Nyai Walidah. “Gedung Nyal Walidah dibangun selama dua tahun, dengan modal awal Rp 30 juta. Mungkin ini lelucon yang menjadi kenyataan, akhirnya gedung dengan biaya Rp 3,4 miliar ini bisa berdiri,” ujarnya. (Ikhsan Mahmudi)