PWMU.CO-Mengajak orang mengenal Tuhan itu, seperti berbisnis. Butuh strategi dan marketing untuk menjualnya agar orang tertarik melihat dan membelinya.
Ungkapan itu disampaikan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Dr Abdul Mu’ti dalam acara Konsolidasi Organisasi dan Persiapan Sidang Tanwir Muhammadiyah Tahun 2019 PWM Jawa Timur di Aula Mas Mansur Gedung Muhammadiyah Jatim, Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Ahad (13/1/2019).
Dia kemudian memberi analogi. Sesuatu yang hina saja menggunakan strategi saat menjualnya. “Lihat mereka yang berbisnis prostitusi online, mereka bahkan rela menawarkan diri,” selorohnya.
Dakwah bil hikmah, seperti yang termaktub dalam surat An Nahl ayat 125, dimaknai Mu’ti menjadi tiga hal. “Bisa dari pendekatan ilmu (ilmiah), hukmu (hukum), atau siyasah (politik),” jelasnya.
Menurutnya, dakwah dalam pengertian politik tidak bisa dilakukan tanpa strategi dan biasa-biasa saja. “Karena dakwah merupakan proses dari marketing. Tidak boleh terlalu lugu,” ungkapnya.
Dia lalu memberi contoh filosofi bagaimana menjual sisir pada biksu botak. Orang awam pasti berpikir tidak mungkin menjual sisir pada biksu botak. “Padahal di situ ada peluang besar,” ujar Mu’ti.
Peluang itu, kata Mu’ti, bisa didapat dari sang biksu. “Caranya, bagaimana agar biksu tersebut kampanye sisir pada para muridnya. Toh, murid biksu tadi kan tidak botak,” ujarnya disambut gerr para hadirin.
Konsep filosofi tadi, lanjut Mu’ti, dapat dimaknai, jika seluruh elemen struktural Muhammadiyah berperan menyukseskan jihad politik. “Warga Muhammadiyah Jawa Timur harus malu, jika tidak bisa meloloskan satu-dua orang,” ujarnya lalu menyebut calon anggota DPD RI Nadjib Hamid dan DPRI RI Zainuddin Maliki tersebut.
Mu’ti lalu memberi contoh cerdas yang lain. Seorang kawannya, Pemuda Muhammadiyah Kudus, yang mencalonkan diri menjadi calon anggota legislatif. Tiap hari pekerjaannya mengukur jalan sebelum pemilihan. “Saat ditanya kenapa mengukur jalan, teman saya itu pun lalu menjawab, mau diaspal nanti jika terpilih,” ungkapnya diiringi tawa.
Mu’ti tidak lupa juga mengingatkan, jika Muhammadiyah bukan partai politik. Politik yang diusung Muhammadiyah adalah politik nilai.
“Bagi para kader yang terjun di politik, jalankan cara yang benar dan baik untuk memenangkan konstelasi politik. Jika sukses, maka kita akan menjadi contoh dan teladan,” pesan Mu’ti. (Darul)