PWMU.CO – Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik, Ir Dodik Priyambada SAkt menyampaikan, untuk menguatkan keunggulan jangka panjang sekolah, perlu strategi pengembangan sekolah.
“Strategi pengembangan sekolah perlu memperhatikan sembilan hal,” ujarnya dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Majelis Dikdasmen dan Kepala Sekolah Muhammadiyah Tahun 2019 Se-Kabupaten Gresik, di Hotel Inna Tretes, Sabtu, (26/01/2019).
Pertama, demografi misalnya umur, jenis kelamin, wilayah, pendidikan, income, ataupun sosiografi seperti kelompok sosial, ormas, profesi, jenis pemukiman.
“Data kelompok siswa atau orangtua sangat berguna untuk menganalisis akurasi segmentasi yang akan datang,” ujarnya.
Kedua, target market dengan menetapkan kelompok yang dijadikan target utama, target kedua, dan nontarget. “Target market menjadi fokus strategi pengembangan ‘pasar’,” jelasnya.
Ketiga, positioning. Dodik mengatakan, sekolah itu ingin dikenal atau dipahami sebagai sekolah jenis apa oleh masyarakat. “Contohnya sekolah berbasis pondok, sekolah Islam modern, sekolah multi-talenta, atau sekolah alam,” urainya.
Keempat, keunikan atau differentiation. Dodik menjelaskan, keunikan dikembangkan berdasar positioning sekolah. Seperti sekolah alam berbasis Alquran, sekolah Islam berbasis pondok inovatif, sekolah para atlet berprestasi atau sekolah modern, unggul, dan bertaraf internasional.
“Kelima harus memperhatikan 4P, product, price, place dan promotion. Dikembangkan berdasarkan keunikan sekolah,” ujarnya.
Dodik menguraikan, untuk product tetapkan program unggulan sekolah. Sedangkan price, tetapkan SPP, DPP, bea siswa, dan kerjasama DUDI (dunia usaha dunia industri).
Place di mana saja lokasi fisik sekolah dan virtual melalui website, FB, Instagram, Tweter, WhatsApp.
Promotion, menyangkut media dan cara berpromosi apa saja yang digunakan untuk menarik minat segmen primer dan sekunder.
Keenam, komunikasi marketing. “Tentukan tata laksana proses mulai memperkenalkan sekolah sampai dengan menerima pendaftaran peserta didik baru,” ujar Dodik.
Ketujuh, adalah brand, merek, atau citra. “Tentukan identitas fisik dan non-fisik tentang sekolah yang dikenali oleh masyarakat. Identitas fisik bisa berupa logo, seragam siswa dan guru, papan nama sekolah. Identitas non-fisik berupa tata tertib, keamanan, ketertiban, kerapian, keindahan, disiplin, kreatif, ramah, menghomati tamu, menghargai siswa,” ungkap Dodik.
Delapan, manajemen sekolah. “Bagaimana pengelolaan sekolah dilaksanakan secara efektif sehingga memperkuat brand sekolah meliputi finance, SDM, sarana prasarana, humas, Ismuba, laboratotium, perpustakaan, bimbingan konseling,” papar Dodik.
Kesembilan, layanan sekolah. Dodik mengatakan, semua titik interaksi dengan siswa, orangtua, dan masyarakat harus dilayani dengan baik dan berkesan positif. Hal tersebut meliputi interaksi inderawi, yaitu apa saja yang ada di sekolah yang berhubungan dengan indrawi.
“Dilihat enak dan nyaman, didengar asyik, dibau harum, diraba bersih, dan dirasakan lezat,” ujarnya. Interaksi rasa, sambung dia, menimbulkan rasa yang positif. interaksi logika, think, memberikan kesan positif.
“Interaksi yang membuat motivasi bagi masyarakat mau bertindak atau berbuat yang positif terkait sekolah misalnya multimedia intetaktif, keinginan berkunjung, keinginan bertemu guru atau pimpinan, membaca brosur, mengakses website,” papar dia.
Terakhir, ujarnya, interaksi yang membuat masyarakat berhubungan dengan kelompok masyarakat lain yang difasilitasi oleh sekolah. (MFA)