PWMU.CO-Era milenial menjadikan kaum muslimin makin jauh menerapkan gaya hidup Islami. Mereka mengikuti arus zaman teknologi canggih yang serba praktis dan instan.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya Drs Ibrahim dalam pengajian rutin Ahad Pagi Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kenjeran di Masjid Remaja Jl Kalilom Lor 3/41 Kenjeran Surabaya, Ahad (27/1/2019).
Dia menyampaikan, istilah generasi milenial yang kini populer adalah sebutan generasi yang lahir di era 80-an. “Dikatakan milenial karena lahir di tengah situasi dan kondisi yang serba canggih. Kalau saya dulu lahir masih ditolong oleh bidan kampung. Kalau sekarang lahir di rumah sakit dengan alat yang serba canggih dan modern,” ujarnya.
Bahkan saking milenialnya, sambung dia, ibu-ibu kalau lahir tidak mau secara normal tetapi lewat operasi. Biar lebih fresh, katanya begitu. Banyak ibu sekarang saking milenialnya tidak mau menyusui anaknya tetapi disusui pakai susu sapi.
Ternyata, ujar Ibrahim, kita ini sudah terlalu jauh meninggalkan konsep ajaran agama Islam. Padahal jauh-jauh sebelumnya Rasulullah mengingatkan kepada kita bila ingin selamat dunia akhirat maka ikutilah dua hal.
”Kata Rasulullah, taraktu fiikum amraini lan tadhilluu maa tamassaktum bihimaa kitaballah wa sunnah. Bila kita ingin selamat selama-lamanya cukuplah dua konsep yang ditawarkan oleh Nabi yaitu Alquran kitaballah dan assunnah asshahihah almaqbulah,” tuturnya.
Dalam sebuah hadits, kata dia, Nabi menjelaskan, ada tiga kewajiban orangtua terhadap anaknya. Pertama, setelah anak itu lahir maka kita harus memberi nama yang terbaik.
“Coba di era milenial sekarang ini anak-anak kita sesuai tidak dengan nama-nama asmaul husna, nama-nama yang dititipkan Allah kepada kita. Banyak orangtua yang terpengaruh oleh televisi sehingga memberi nama untuk anaknya mirip dengan nama India, susah manggilnya,” katanya.
Kedua, sambungnya, kita disuruh mendidik anak kita dengan baik. Sekolah Muhammadiyah sudah ada dimana-mana atau sekolah Islam lainnya tetapi masih banyak orangtua yang menyekolahkan anaknya di sekolah non Islam. Ini tugas orangtua untuk memberikan pendidikan yang terbaik.
Ketiga, bagaimana orang tua mencarikan jodoh atau menikahkan anaknya. “Di era 70-an ke bawah orangtua mencarikan jodoh buat anaknya, alhamdulillah yang dijodohkan oleh orangtua hidupnya bahagia,” tuturnya.
”Jangan sampai sebagai orang tua bilang ke anaknya, wis sak karepmu, Nak, milih sopo, sing ayu, sing elek yo wis,” katanya.
Mengutip data Kemenag Surabaya tahun 2017, kata Ibrahim, angka perceraian mencapai 7.000 kasus. Penyebabnya, tidak harmonis lagi. Ini karena nikahnya hanya senang-senang. Tetapi kalau mengikuti konsep Alquran kecil kemungkinan cerai,” tandasnya. (Habibie)