PWMU.CO – Pengamat politik Rocky Gerung menyayangkan munculnya larangan politik masuk dalam lingkungan kampus lantaran adanya pemisahan antara aktivitas kampus dengan aktivitas politik.
Pernyataan kritik itu dikatakan Rocky ketika menjadi dosen tamu dalam Kuliah Umum bertema “Membumikan Akal Sehat untuk Indonesia Berkemajuan,” di Hall KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Rabu (30/1/19).
Rocky menyebutkan, realitas kebangsaan dan kenegaraan hari ini masih ada pembatasan aktivitas politik masuk kampus. Padahal, hampir semua kampus di Indonesia memiliki jurusan dan laboratorium ilmu politik.
“Kalau politik dilarang masuk kampus. Ya, tutup saja Fakultas Ilmu Politik (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, FISIP). Ganti dengan Fakultas Ilmu Kelapa Sawit,” selorohnya disambut tawa hadirin.
Rocky pun mempertanyakan, ketika politik dilarang masuk kampus, lalu proposal para kandidat atau calon sarjana ilmu politik itu diuji di mana. “Apa itu harus diuji di atas panggung dangdut, atau diuji di bawah pohon sambil cukur rambut? Ya, harus diuji di kampus. Itu maksudnya,” ungkapnya.
Pria asal Manado itu menerangkan, politik itu awalnya adalah pertentangan akal pikiran untuk menghasilkan rasa keadilan. “Kita hanya berpolitik sejauh kita ingin menghasilkan public policy untuk keadilan. Jika hanya untuk pencitraan, jangan berpolitik,” sarannya.
Maka dari itulah Rocky mendorong supaya para pemimpin bangsa ini datang ke kampus untuk memamerkan akalnya supaya bisa dicuci otaknya apabila kotor. Pasalnya, kampus adalah tempat yang didesain untuk bertemunya tradisi pemikiran atau akal sehat.
“Berdebat di kampus itu tidak perlu nasi bungkus. Baner atau lainnya. Hanya membutuhkan akal sehat. Karena itulah fungsi kampus sebagai tempat beradu akal sehat,” tandasnya. (Aan)