PWMU.CO-Komunitas Wanita Muda Muhammadiyah bersama Pusat Kajian Wanita Universitas Muhammadiyah Surabaya menyelenggarakan diskusi tentang gender dan nutrisi, Selasa (29/1/2019).
Diskusi ini untuk memperingati Hari Gizi Nasional yang jatuh pada 25 Januari 2019. Acara ini sekaligus mengedukasi pentingnya peduli pada masalah kekurangan nutrisi pada ibu dan anak.
Pembicara Meirna Dewita Sari SKM MKes menyampaikan, nutrisi yang baik sangat diperlukan dalam 1000 hari pertama kehidupan. ”Pada 1000 hari pertama, artinya bayi sampai usia dua tahun wajib terpenuhi gizinya,” tuturnya.
”Karena itu penting bagi wanita remaja atau dewasa untuk mempersiapkan diri demi terpenuhinya gizi calon generasi bangsa ini,” tambah Meirna.
Dia juga menjelaskan, ada perbedaan komposisi tubuh antara wanita dan laki-laki. Perbedaan itu mengakibatkan pemenuhan gizi yang berbeda antara keduanya. Laki-laki membutuhkan energi lebih banyak daripada wanita. ”Tapi hal ini tentu tidak boleh dijadikan alasan bahwa wanita tidak dicukupi nutrisinya,” katanya.
Dalam diskusi ini juga dibahas akar permasalahan kekurangan gizi di Indonesia. Menurut dia, kekurangan gizi tidak hanya disebabkan oleh faktor ekonomi namun juga sosial budaya masyarakat. ”Cara pandang masyarakat kita terhadap makanan atau food value menjadi salah satu akar permasalahan kekurangan gizi,” jelasnya.
Contohnya, food value masyarakat Indonesia bagian timur ada yang memandang daging merupakan makanan yang mulia bila diberikan kepada laki-laki.
Pembicara kedua Tri Kurniawati SGz MKes menyampaikan, akar permasalahan kekurangan gizi terkait juga dengan pandangan biner masyarakat terhadap wanita.
”Misalnya, di suatu daerah, wanita melahirkan dianggap kotor sehingga harus diasingkan,” tuturnya. Kepercayaan ini, menurutnya, akan membuat si ibu dan bayi yang baru lahir mengalami kekurangan nutrisi.
Dia mengajak para peserta melakukan aksi edukasi kepada masyarakat yang masih menerapkan kepercayaan ini. ”Mencetak generasi unggul tentu tidak hanya menjadi tanggung jawab wanita sehingga edukasi seperti ini penting juga untuk diberikan kepada laki-laki,” paparnya.
Semantara Siti Salbiyah SE MKes, kepala Unit Pusat Kajian Wanita UMSurabaya memaparkan komitmen PKW untuk mengedukasi masyarakat. ”Saya rasa PKW dan Komunitas Wanita Muda Muhammadiyah ini perlu melakukan tindakan edukasi kepada masyarakat dan membuat semacam masyarakat binaan,” ujarnya.
Dia menambahkan pentingnya mengedukasi anak-anak di sekolah. ”Kalau perlu kita dorong sekolah-sekolah memasukkan pengetahuan tentang nutrisi seimbang dalam kurikulumnya,” tambahnya. (Tari-Oak)