![](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2019/03/IMG_20190315_193605_610.jpg?resize=454%2C313&ssl=1)
PWMU.CO – Dewan Pembina Kordinator Nasional (Kornas) Forum Keluarga Alumni (Fokal) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Dr Muhammad Sholihin Fanani MPSDM merasa senang dan bangga melihat perkembangan kader IMM saat ini.
Pasalnya, banyak kader IMM yang kini berkiprah di berbagai bidang seperti dunia pendidikan, birokrasi, pemerintahan, Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), partai politik, menjadi anggota dewan, komisioner KPU, Panwas, pengusaha dan lainnya.
Kader IMM juga banyak dipercaya berkiprah di posisi penting Persyarikatan Muhammadiyah-Aisyiyah di tingkat pusat, wilayah, daerah, cabang hingga ranting. Sudah banyak pula kader IMM yang diamanatkan menjadi Ketua PWM, PDM, PCM, PWA, PDA, rektor, kepala sekolah, dan lainnya.
“Alhamdulillah, mereka betul-betul dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Mereka dapat mengembangkan AUM dengan baik dan memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan Muhammadiyah sebagai alat dakwah amar ma’ruf nahi munkar,” katanya di Gedung Muhammadiyah Jatim Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Jumat (15/3/19).
Hal itu disampaikan Sholihin dalam rangka memperingati hari kelahiran (Milad) IMM yang jatuh setiap tanggal 14 Maret. Saat ini, IMM sudah memasuki usianya yang ke-55 tahun (1964-2019). Usia yang sudah tidak muda lagi.
Menurut dia, hal ini menandakan kader IMM telah mampu menebarkan manfaat, meraih rahmat bagi kehidupan umat dan bangsa. “Nilai-nilai identitas sebagai kader umat, bangsa dan Persyarikatan yang bergerak dalam bidang keagamaan, kemasyarakatan dan kerahasiaan telah dibuktikan oleh kader-kader IMM,” ujarnya.
Meski demikian, kata Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim itu, masih banyak hal penting yang perlu ditingkatkan oleh IMM. Pertama, sistem rekrutmen anggota baru IMM di seluruh Indonesia. Sebab, jumlah anggota baru IMM sangat minim di kampus Muhammadiyah sendiri. Terlebih di kampus-kampus non-Muhammadiyah.
“Masih banyak anak-anak Muhammadiyah yang tidak kenal dengan IMM sehingga mereka tidak tertarik menjadi anggota IMM. Ibarat pepatah, tak kenal maka tak sayang. Kebanyakan anak-anak muda Muhammadiyah lebih senang aktif di organisasi di luar Muhammadiyah yang dianggap lebih menjanjikan,” terangnya.
Kedua, minimnya kegiatan IMM di tingkat komisariat, korkom, cabang, daerah, bahkan pusat. Sholihin menyebutkan, alasan klasik minimnya kegiatan IMM adalah karena minimnya dana.
“Semestinya kekurangan dana dapat dijadikan sebagai proses pengkaderan dan menempah diri. Sebab orang yang sukses berorganisasi adalah mereka yang banyak terlibat menyelesaikan masalah yang muncul dalam organisasi itu sendiri. Semakin banyak terlibat, semakin sukses. Karena inti berorganisasi adalah belajar mengatasi masalah tanpa masalah,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, yang ketiga adalah kaderisasi yang dirasa kurang menarik. Maka, sistem pengkaderan IMM perlu dirancang ulang dengan menggunakan metode dan pendekatan kekinian sesuai dengan kebutuhan zamannya sehingga kader-kader IMM akan memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan pasar. Baik itu di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik dan lain-lain.
“Pengkaderan IMM haruslah menarik bagi generasi milenial yang cenderung apatis dengan organisasi kemahasiswaan,” tuturnya.
Sedangkan yang keempat, lanjut dia, kurangnya sinergi, distribusi, dan diaspora kader IMM mengisi struktur kepemimpinan di Persyarikatan Muhammadiyah dan AUM. Karena itu, pimpinan IMM harus bisa menjalin dan menjalankan tugas berkomunikasi dengan pimpinan Pesyarikatan dan AUM di semua level. Dengan demikian, kader-kader IMM akan banyak termanfaatkan di AUM sendiri.
“Keluhan selama ini, kader-kader IMM kurang diberi kesempatan untuk berkiprah di AUM sehingga apabila berhasil enggan membantu adik-adiknya. Karena mereka merasa berjuang sendiri, tanpa ada keterlibatan para seniornya,” tegasnya.
Terakhir, yang kelima adalah sulitnya mempersatukan para alumni yang sudah “sukses” untuk bersama-sama memikirkan adik-adiknya.
“Kebanyakan alumni yang sudah berhasil, sulit sekali membagi waktu untuk sharing dengan adik-adiknya. Memberi kesempatan atau bahkan menyiapkan kader-kader berikutnya. Jaringan alumni secara nasional dan regional harusnya diberdayakan dengan baik,” tuturnya.
Oleh karena itu, Sholihin mengajak, pada mementum Milad IMM tahun ini, kader IMM untuk terus meningkatkan komitmen dan kompetensinya terhadap Islam, profesionalitas dalam hidup dan berkarya untuk kemaslahatan umat dan bangsa.
“Ingatlah IMM telah berjasa mengukir jiwa kita untuk berkomitmen terhadap agama, bangsa dan Persyarikatan Muhammadiyah,” tandasnya.(Aan)
Discussion about this post