PWMU.CO – Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Gresik Kota Baru (GKB), Nanang Sutedja SE MM, mengingatkan pentingnya konsistensi merawat ketekunan menjadi sekolah pemenang.
“Ketika kita lelah menjalani perubahan boleh istirahat sebentar, tapi tidak boleh berhenti terlalu lama,” ujarnya dalam Pembinaan Guru dan Karyawan SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik (SD Mugeb), Rabu (20/3/19) di Averroes Hall SD Mugeb.
Kepada 79 peserta, Nanang menyampaikan setidaknya ada tujuh kriteria sekolah pemenang, yakni pelopor perubahan, membuat kemajuan, mempelajari otobiografi orang-orang sukses, menyederhanakan yang sulit, selalu menggali pengetahuan, melaksanakan hal yang baik sampai tuntas, dan membangun jaringan dengan selalu berbagi. “Kalau salah satu saja tidak dilaksanakan, maka belum bisa disebut sebagai pemenang,” ujarnya.
Menurut dia, sekolah yang menjadi pelopor perubahan harus berinovasi. “Kalau sekolah biasa bisa berinovasi satu semester sekali, maka sekolah pemenang inovasinya harus satu bulan sekali. Hal ini harus dilakukan supaya kita tidak tenggelam oleh pesaing,” katanya.
Dalam berinovasi, lanjut Nanang, harus berimplementasi pada kemajuan sekolah. Ide atau gagasan yang dijalankan harus mendukung dan memajukan program-program sekolah. “Ide cemerlang bertemu aksi positif, itu yang dimaksud dengan harus segera dieksekusi,” ungkap Nanang.
Menurut Nanang, kita tidak harus menciptakan ide cemerlang itu sendiri. Teknik dasar dalam menciptakan sebuah ide adalah dengan mengembangkan yang sudah ada dengan teknik ATM (amati, tiru, dan modifikasi). “Membaca otobiografi orang-orang sukses adalah salah satu cara mengembangkan ide,” jelasnya.
Kriteria sekolah pemenang selanjutnya adalah menyederhanakan hal yang sulit menjadi mudah dipahami dan diterapkan. “Jika ada sekolah ditunjuk untuk mengemban suatu amanah tapi berkelit terus itu tandanya sekolah tersebut bukan sekolah pemenang,” ungkapnya.
Nanang juga menekankan agar guru dan karyawan selalu merawat ketekunan dengan menggali pengetahuan dan menambah skill. “Contoh konkritnya adalah dengan mengikuti workshop atau seminar. Bukan berarti kita harus mengikuti semua workshop atau seminar yang ada. Harus diperhatikan dari sisi kebutuhan sekolah,” tegasnya.
Dia juga mengajak peserta melaksanakan hal yang benar sampai tuntas. “Artinya, ketika kita diberi pekerjaan harus kita tuntaskan sampai benar-benar tuntas. Karena pekerjaan yang tidak tuntas akan mempengaruhi keseimbangan konsentrasi kita. Tuntas itu 100 persen. Kala 99 persen belum bisa disebut tuntas,” jelasnya.
Kriteria terakhir sebagai sekolah pemenang adalah membangun jaringan dengan selalu berbagi informasi dan pengetahuan. Tidak ada sekolah pemenang yang jaringannya sempit, apalagi informasi dan pengetahuannya dangkal.
“Hal ini senada dengan slogan Majelis Dikdasmen PCM GKB Gresik, yakni Berbagi dan Bersinergi,” ujar Nanang. (Nasafi)