PWMU.CO – Ahad (5/5/19) merupakan hari yang membahagiakan bagi Prisca Jameila Bilbina. Pasalnya, siswa kelas V SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik ini berhasil menjuarai Olimpiade IPA (Olipa) V yang diadakan oleh Klinik Sains Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah Gresik, di Universitas Muhammadiyah Gresik.
Sebelumnya, anak yang akrab disapa Prisca ini telah melewati babak penyisihan pada Ahad (7/4/19). Dia menduduki peringkat II kategori kelas tinggi (kelas IV–VI), pada Rayon Tengah yang terdiri atas Kecamatan Gresik, Manyar, Kebomas, dan Duduk Sampeyan.
Atas prestasinya itu, Prisca berhak melaju ke grand final dan bertanding melawan tiga juara dari dua rayon lainnya, yaitu Rayon Utara (Kecamatan Panceng, Ujungpangkah, Sidayu, Dukun, Bungah) dan Rayon Selatan (Cerme, Menganti, Driyorejo, Kedamean, Wringinanom, Benjeng, Balongpanggang).
Tak disangka, Prisca berhasil mengungguli delapan finalis lainnnya dan mengukuhkan diri sebagai Juara I kategori kelas tinggi.
Menurut Laily Faizah, ibunya, Prisca memang bersemangat sekali dan berusaha keras untuk menjadi juara agar dia tidak mengecewakan orangtua dan para guru yang membimbingnya.
“Karena itu saya berusaha mendukungnya dengan ikut mendampingi saat dia lomba. Dan tak lupa saya mendoakannya tiada henti,” ungkapnya. Menurut Laily, putrinya bilang kalau dirinya yang mendampingin saat olimpiade, hatinya menjadi tenang. “Saya jadi tersentuh,” tutur dia.
Kepada PWMU.CO Selasa (7/5/19) Prisca mengaku tertarik pada bidang sains karena punya cita-cita yang berkaitan dengan itu. “Aku pengen jadi dokter, biar kalau suatu saat mama atau ustadzah sakit, bisa aku obatin secara gratis,” ujarnya.
Dia mengatakan, belajar sains itu seru dan menantang, ada praktikumnya, ada pengamatan juga. “Jadi kalo belajar ya ndak bosen he-he-he…,” ucapnya sambil tertawa.
Pembina Bina Prestasi Sains Nining Novita SP mengaku tidak menyangka jika anak didiknya menjadi juara. “Saya kaget, ndak nyangka Prisca juara. Dari segi kemampuan memang Prisca sudah tidak diragukan lagi, namun olimpiade kali ini menggunakan metode CRI (contextual response index),” kata dia.
Jadi, sambungnya, ada praktik pengamatan dan penalaran juga. “Kita masih meraba-raba metode tersebut, ternyata jauh di luar dugaan saya. Prisca bisa melewati itu dengan sangat baik,” ujar Nining. (Mar’atus S)