PWMU.CO – Siapa sangka, cerita kuntilanak dan boneka Annabelle hadir dalam pembelajaran Fun Marticulation, di kelas verbal linguistik SMPM 12 GKB, Jumat (17/5/19). Cerita horor tersebut dibuat oleh sembilan siswa secara berantai dengan diawali kalimat, “Tiba-tiba pintu terbuka otomatis.”
Kalimat awal yang diberikan pembina tersebut dilanjutkan dan dikembangkan dalam bentuk cerita oleh siswa sesuai dengan urutannya.
Fitri Wulandari SS, sang pembina, mengatakan pembelajaran menulis cerita secara berantai bisa mengasah kreativitas dan imajinasi.
“Dengan menulis menggunakan strategi ini, kemampuan verbal lingiustik, khususnya komunikasi tulis dalam membuat cerita, bisa dikembangkan dan dilatih,” ujarnya saat diwawancarai PWMU.CO usai kegiatan.
Wulan menyampaikan, semua siswa bisa mengendalikan alur cerita, mulai alur, isi, pesan, latar, dan juga genre atau jenis cerita. Jadi mereka bisa menyekenario jenis cerita jenis horor, komedi, remaja, atau juga religius.
Hal inilah yang dilakukan Yasmine Izzati K. Peserta dari SDM 1 GKB ini memasukkan kata kuntilanak dan boneka Annabelle dalam rangkaian cerita yang ditulis.
“Karena kalimat awal sudah kelihatan horor, ya sekalian ada tokoh kuntilanak dan boneka Annabelle biar lebih serem,” papar cewek yang suka dengan cerita horor ini, sambil tersenyum.
Hal yang sama juga disampaikan Nafisha Aleyda R. siswa yang suka menulis cerpen ini melanjutkan cerita berantainya mengikuti kalimat diawalnya. Biar ceritanya bisa senada ya sekalian diberi unsur takut, seram, dan bersembunyi di lemari. “Kalau ada kuntilanak kan menakutkan, maka harus ada kata-kata tersebut,” ucapnya.
Di pembelajaran verbal linguistik, selain ada pelatihan awal menulis cerita dengan metode cerita berantai, siswa juga diberikan waktu untuk mengeksplor kreativitas dan imajinasi dalam menulis cerita secara mandiri. (Ichwan Arif)