PWMU.CO – Menteri Pendidikan dan kebudayaan Prof Dr Muhadjir Effendy MAP mengajak warga Muhammadiyah se-Jawa Timur untuk senantiasa berjuang mencapai khairu ummah dengan tetap mempertahankan keanekaragaman bangsa Indonesia.
Hal itu disampaikan dalam acara Kajian Ramadhan 1440 H yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ahad 19/05/19.
“Istilah kuntum khairu ummah di dalam Alquran itu memiliki dua makna. Pertama kuntum yang berarti pernah menjadi umat terbaik sedangkan sekarang tidak, kedua kuntum yang memiliki makna senantiasa, sehingga ia senantiasa berupaya menjadi umat terbaik,” tuturnya.
Muhadjir berpendapat untuk mencapai khairu ummah itu diperlukan proses panjang dan tidak semua umat Islam memiliki kualifikasi sebagai khairu ummah.
“Kuntum khaira ummatin ukhrijat linnaas itu bermakna umat manusia yang mengalami proses agregasi. Ibarat padi yang ditumbuk kemudian dimasukkan tampah, diputar-putar lalu dipilih kumpulan beras yang terbaik. Maka seperti itulah konsep khairu ummah,” ungkapnya.
Dengan memberikan data prosentase umat Islam Indonesia sebanyak 87,2 persen, Kristen 16,5 persen, dan Katolik 6,9 persen, Muhadjir berpesan agar warga Muhammadiyah menjaga toleransi dan keanegaraman untuk mewujudkan khairu ummah.
“Dalil ta’muru bil ma’ruf wa tanhauna anil munkar itu sudah menjadi branding atau kredo Muhammadiyah. Maka sudah selayaknya umat Islam terutama warga Muhammadiyah harus bisa menjadi kekuatan untuk merangkai dan menjaga keanekaraman demi mewujudkan khairu ummah,” tegasnya.
Muhadjir menyontohkan kehidupan Nabi di Madinah yang tetap menjaga toleransi dan harmonisasi dengan umat Yahudi. “Ketika Rasul mengawali hidup di Madinah hingga kemudian menjadi ibu kota negara, Nabi tetap melaksanakan aturan negara dengan adil. Bagi Yahudi yang melakukan ya pelanggaran maka akan diusir sedangkan bagi Yahudi yang taat tetap dilindungi oleh negara, oleh Islam, dan oleh Rasulullah,” ujarnya.
Bagi Muhadjir saat ini yang perlu dibangun adalah kebersamaan dan mencari persamaan untuk mewujudkan khairu ummah.
“Yang perlu kita tekankan sekarang adalah memahami perbedaan. Ketika Muhammadiyah punya sub sistem, maka tidak boleh menganggap punya Muhammadiyah adalah yang terbaik dengan menegasikan yang lain. Sesama umat Islam kalau sudah sama jangan cari perbedaannya, kalau berbeda coba dicari persamaannya,” pesannya. (Nely Izzatul)