PWMU.CO – Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Prof Dr Eng Imam Robandi dalam Baitul Arqam Guru dan Karyawan SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya menyampaikan, guru yang suka menulis, bisa dipastikan muridnya pintar-pintar. Karena murid akan terbiasa dididik dan diajari oleh guru yang terbiasa melakukan keteraturan dalam tulisannya.
”Seorang penulis itu cenderung tertata hati, pikiran, dan tindakannya. Daripada guru yang tidak suka menulis,” kata Guru Besar Elektro ITS, di depan peserta yang memadati Auditorium TMB, Kamis (9/10) kemarin.
(Baca: Darurat Keimanan di Era Digital dan Berikut Ciri Suami yang Baik. Anda Masuk Kategori Ini?)
Dalam kesempatan itu, Imam menekankan, menulis harus bisa menjadi habit (kebiasaan) seorang guru. Karena proses menulis merupakan rangkaian menuju kemapanan yang sesungguhnya. Seorang yang hanya menjadi pendengar, memiliki kecenderungan mudah lupa atau mudah abai dengan apa yang didengarkannya. Untuk itu, Imam mendorong guru-guru, khususnya SDM 4 Pucang, supaya giat menulis dan menelurkan karya tulisan berupa buku.
”Guru jangan hanya puas menjadi penikmat karya orang. Tetapi harus melahirkan karyanya sendiri. Perubahan jaman begitu cepat, jika seorang guru tidak bisa melenturkan diri berimprovisasi dengan meningkatkan kualitasnya, maka secara otomatis guru dengan sendirinya akan runtuh,” papar mantan Wakil Ketua Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah itu.
Dalam presentasinya, Imam menulis tentang “Digitalization: Time is Limited”. Menurut Imam manusia era sekarang harus berpikir dan bertindak high competition, fast growing, dan high efficiencies. Maka seorang guru, lanjut Imam, tidak boleh beralasan tidak punya waktu untuk berkarya. Karena itu sumber kemalasan dan mengikis kreativitas.
(Baca: Kaderisasi Bukan Hanya Tugas Guru Kemuhammadiyahan dan Peraturan tentang Pergantian Kepala Sekolah Muhammadiyah dan Mekanisme Penggajian Guru)
”Orang Jepang mengakui kalah pintar dengan orang Amerika. Untuk mengejar itu, maka orang Jepang bekerja dua kali lipat lebih keras dari orang Amerika. Dengan lebih tekun dan gigih, jepang mampu menggenggam dunia. Jadi jangan sampai beralasan sibuk, karena semua orang sibuk. Dan semakin sibuk,” urainya.
Di akhir sesi materi yang bertema “Beramal Sholeh, kreativitas, dan Ukhuwah” itu, Imam mengajak semua guru terus belajar dengan giat. Supaya bisa menciptakan generasi yang hebat.
”Setiap saat, seorang guru harus melakukan pengukuran diri sendiri. Sehingga mengetahui kekurangan dan juga kelebihannya. Untuk itu, maka butuh orang lain untuk mengevaluasi agar kian hari semakin baik dan tambah baik,” harapnya. (mly/aan)