PWMU.CO – Dalam membangun keluarga yang sakinah, posisi uang bukanlah segala-segalanya. Tetapi tanpa uang bisa susah segala-galanya. Demikian salah satu poin ceramah yang disampaikan Nur Cholis Huda MSi dalam Baitul Arqam Guru dan Karyawan SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya di gedung The Millenium Building (9/6). Di hadapan 140 peserta, penulis buku “Mesra Sampai Akhir Hayat” banyak mengupas tentang persoalan rumah tangga bahagia.
Tidak terkecuali tentang kiat-kiat cerdas, dan lugas dalam membangun rumah tangga bahagia yang mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa banyak mengeluarkan biaya, Nur Cholis mengemukakan setidaknya 7 resep bagaimana menjaga kemesraan suami-istri.
(Baca: Berikut Ciri Suami yang Baik. Anda Masuk Kategori Ini? dan 5 Pesan Pak AR untuk Suami-Istri agar Rumah Tangga Bahagia)
“Pertama, suami istri agar saling memberi senyum. Karena senyum itu indah dan senyum yang tulus itu sedekah,” jelasnya tentang resep yang pertama. Manusia, tambah Nur Cholis, merupakan satu-satunya makhluk yang bisa tersenyum. “Tersenyumlah, maka dunia akan tersenyum kepada Anda.”
Dalam paparannya, penulis tetap rubrik “Kolom” di Majalah MATAN ini menguraikan berbagai keuntungan tersenyum. Di antaranya meningkatkan T-cell yang berfungsi meningkatkan kekebalan tubuh. Tersenyum juga menurunkan kortisol, epinerfine, dan dopac yang mengurangi stres, cemas, dan sedih mendalam.
Tersenyum yang mengarah tertawa itu baik untuk pernapasan, perut, kaki, punggung sehingga wajah menjadi lebih segar. “Tersenyum juga cara terbaik bagi seseorang dalam membangun hubungan yang baik dengan orang lain.”
(Baca: Cara Nyai Ahmad Dahlan Mendidik Anak dan Ini Pesan Pak AR: Cara Menasehati Istri dan Anak)
Resep yang kedua, hendaklah pasangan suami-istri menyempatkan membuat humor dan kejutan kecil. Menurut Nur Cholis, rutinitas hidup akan menghilangkan greget, sehingga kejutan kecil merupakan cara menghilangkan rutinitas. “Misalnya, perjanjian kalau cuci baju ada uang, maka itu hak yang menemukan. Maka kejutan kecilnya adalah meninggalkan uang di saku,” urainya sambal mencontohkan “kejutan”.
Terkait dengan humor, sudah tentu tidak sembarang humor. Melainkan humor yang terukur yang bisa turut menyegarkan suasana. Sehingga jangan membuat humor yang berlebih karena akan menghilangkan keseriusan. “Humor yang dibuat juga jangan sampai menyakiti perasaan.”
Resep yang ketiga adalah jadilah pemeluk agama yang patuh. Sebab, rumah tangga dalam tuntunan Islam memang harus dibangun di atas pondasi nilai-nilai relijius. “Sinari rumah tanggamu itu dengan shalat, terutama shalat sunnah tahajjud, dan bacaan al-Quran. Biasakan membaca al-Quran, meskipun sedikit, tetapi ajeg, konsisten, istiqamah.”
(Baca: Islam Tertawa yang Bedakan Islam Indonesia dengan Timur Tengah dan Potret Warga Muhammadiyah: Rasional yang Tak Rasional)
Resep yang keempat adalah menempatkan uang pada posisi yang sewajarnya. Nur Cholis mentamsilkan uang itu ibarat bahan bakar kehidupan. Tanpa uang ibarat mobil tanpa bahan bakar, sehingga 70% kecemasan disebabkan soal keuangan. Untuk itulah pasangan suami istri jangan hobi hutang, apalagi pada rentenir. “Mampu mengendalikan, jangan dikendalikan,” jelasnya tentang posisi orang saat berhadapan dengan uang.
Resep yang kelima adalah tetap menjadikan orangtua seperti matahari, yang memberi tapi tidak mengharap kembali. Jadi orangtua harus loman (suka memberi) kepada anak-anaknya. Nur Cholis mengingatkan bahwa hutang anak kepada orangtua adalah hutang yang tidak akan pernah terlunasi, sehingga sikap durhaka pasti akan mendapat balasan langsung.
“Berbaktilah kepada orangtua, terutama saat mereka sudah tak berdaya,” jelasnya. Ketika berbicara, ucapkanlah dengan rendah hati dan dengan kalimat yang mulia. “Jangan sekali-sekali punya pikiran akan menyerahkan orangtua ke panti jompo,” Nur Cholis mewanti-wanti.
(Baca: 4 Pesan Pak AR untuk Calon Pengantin dan 5 Cara Emas Mendidik Anak Menurut Imam Al-Ghozali)
Resep keenam adalah dunia ranjang suami istri itu seperti garam dalam masakan. Tanpa garam, rumah tangga jadi hambar. Meski penyedap kehidupan agar tidak hambar, tetapi ia bukan segalanya. Sebab, banyak orang dapat hidup bahagia tanpa garam.
Resep yang terakhir adalah berlaku baik dengan tetangga. Sebagai orang yang hidup bertetangga, hendaklah sebuah keluarga memenuhi hak tetangga. Yaitu memberi pertolongan, menjenguknya ketika sakit, saling memberi hadiah, meminta izin ketika akan meninggikan bangunan rumah, dan lain-lain. “Tetangga itu jangan hanya dikenal, tetapi harus dimuliakan,” katanya.
Sudah jelas, bukan? Anda sudah mencoba berapa resep dari ketujuhnya itu? Jika belum sempurna, ayo mulai sekarang dimulai! (azizah)