PWMU.CO – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dr Saad Ibrahim dalam sambutan pembukaan Kajian Ramadhan di Hall UMM Dome Sabtu (11/6) sore mengatakan, puasa dalam konteks kebangsaan bisa dimaknai sebagai paradigma kekuasaan untuk menahan diri.
(Baca: Ayu ‘Sihir’ Peserta Kajian Ramadhan Muhammadiyah Jatim)
”Kita sebagai bangsa, bisa dikatakan gagal. Karena tidak bisa menahan diri. Bahkan sesuatu yang dilindungi pun diambil dan dieksploitasi. Salah satu contoh adalah burung beo yang statusnya dilindungi, namun diselundupkan ke luar negeri,” katanya.
Lebih lanjut Saad mengatakan, Indonesia dianugrahi dan diberikan oleh Allah swt bumi yang subur. Bahkan, digambarkan bumi Indonesia ini, sebagai bagian dari potongan surga yang ditempelkan. Beda di kawasan lain, terutama kondisi tanah di timur tengah. Di Dubai misalnya, kesuburan itu diciptakan dan direkayasa.
(Baca: Ketum PP Muhammadiyah Launching 4 Buku dalam Kajian Ramadhan)
Diceritakan Saad, alam semesta ini, jutaan tahun yang lalu juga berpuasa. Namun, setelah masa primordial, bumi kita ini berbuka puasa. Bumi Indonesia ini setelah masa primordial, kata Saad, tidak lagi berpuasa.
”Karena kita diberi tanah (bumi) yang tidak lagi berpuasa, maka kita tidak mau menghargai dan merawatnya. Bahkan kita mengekploitasinya. Bedakan dengan Dubai yang tanahnya hingga kini berpuasa,” ujarnya
Saad menekankan, sebagai bangsa kita harus menahan diri. Sehingga mampu membangun peradaban dan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. (aan)