Search
Menu
Mode Gelap

Dari Kader Menjadi Nahkoda: Kisah Ketua PCPM Semampir Membangun Harapan

Dari Kader Menjadi Nahkoda: Kisah Ketua PCPM Semampir Membangun Harapan
pwmu.co -
Foto bersama bidang umum PCPM Semampir (Ahmad Hoiron/PWMU.CO)

PWMU.CO – Menjadi kader Muhammadiyah tidak hanya soal hadir dalam forum-forum organisasi. Lebih dari itu, ini adalah proses bertumbuh dalam nilai, berjuang dalam gerakan, dan tampil sebagai pemimpin yang membawa perubahan.

Inilah yang dialami oleh M Tri Rafli PA Ketua Umum Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Semampir. Ia bukan muncul tiba-tiba di pucuk pimpinan, tetapi tumbuh dari bawah—menjadi peserta perkaderan, anggota tim konsumsi, hingga akhirnya dipercaya menjadi nahkoda organisasi.

Perjalanan Rafli dimulai sejak masa sekolah. Ia bergabung dengan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), yang menjadi gerbang awal untuk memahami pentingnya organisasi. Perjalanan itu berlanjut ke Pemuda Muhammadiyah, tempat ia menemukan makna kolektivitas dan pengabdian yang sesungguhnya.

“Organisasi bukan sekadar struktur, tapi rumah besar yang mendidik dan membentuk karakter. Amanah bukan tentang jabatan, tapi tanggung jawab untuk memberi manfaat,” ucapnya.

Tantangan dan Harapan di Tanah Semampir

Ketika memegang amanah sebagai Ketua PCPM Semampir, Rafli sadar ini bukan wilayah biasa. Semampir adalah kecamatan yang kaya potensi, tetapi juga sarat tantangan sosial, ekonomi, dan kultural.

“Kami ingin Pemuda Muhammadiyah hadir bukan hanya sebagai wacana, tapi menjadi motor gerakan nyata yang menyentuh masyarakat dan membangun harapan,” jelasnya.

Gerakan PCPM Semampir pun tidak sebatas kegiatan seremonial. Mereka hadir dengan ruang-ruang dialog, pelatihan, pemberdayaan, hingga kolaborasi lintas ortom dan komunitas. Fokus utama mereka: memperkuat kapasitas kader, baik dalam bidang media, kewirausahaan, dakwah digital, maupun advokasi sosial.

Salah satu titik tekan kepemimpinannya adalah memastikan kaderisasi yang berkelanjutan. Menurut Rafli, kaderisasi bukan sekadar rekrutmen, melainkan proses mendampingi dan mengembangkan potensi.

Ia menjalin sinergi dengan IPM, Nasyiatul Aisyiyah, dan ortom lain agar kaderisasi tidak mandek, tetapi terus mengalir. Hasilnya pun nyata: banyak kader PCPM Semampir kini aktif di berbagai ruang strategis, menjadi pengusaha, pendidik, pegiat sosial, hingga bagian dari struktur persyarikatan.

Iklan Landscape UM SURABAYA

Bekerja dengan Kolektivitas, Bergerak karena Keikhlasan

Sebagai ketua, Rafli tidak merasa berjalan sendiri. Ia menyebut timnya sebagai “awak kapal” yang bergerak bersama, saling percaya, dan saling menguatkan.

“Dari sekretaris, bendahara, hingga anggota bidang, semua bekerja dengan semangat luar biasa. Kami sering diskusi larut malam, menyusun strategi, bahkan menyiapkan konsumsi bersama,” tuturnya.

Meski dihadapkan pada keterbatasan sumber daya dan dinamika internal, Rafli dan timnya tetap teguh. “Selama niat kami lurus, Allah akan mudahkan jalan,” katanya.

Menutup kisahnya, Rafli menyampaikan pesan sederhana namun kuat: bahwa setiap kader memiliki potensi untuk memimpin. “Mulailah dari hal kecil, dari kegiatan paling sederhana, dari niat yang paling ikhlas. Dari sanalah harapan besar lahir.”

Ia berharap, perjalanannya bukan sekadar kisah pribadi, tetapi menjadi inspirasi bagi kader lain untuk terus melangkah. Dari kader biasa, menjadi nahkoda. Dari gerakan kecil, menjadi gelombang perubahan.

Penulis Ahmad Hoiron Editor Zahra Putri Pratiwig

Iklan pmb sbda 2025 26

0 Tanggapan

Empty Comments