Search
Menu
Mode Gelap

Diarak Moge, Prosesi Pengukuhan Guru Besar UMM Berubah Jadi Perayaan Akademik yang Meriah

Diarak Moge, Prosesi Pengukuhan Guru Besar UMM Berubah Jadi Perayaan Akademik yang Meriah
Iring-ringan Moge mengantarkan tiga Guru Besar UMM. Foto: Humas
pwmu.co -

Suara deru mesin motor gede membelah udara pagi di Kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jumat (22/11). Bukan untuk ajang otomotif, melainkan mengiringi perjalanan tiga guru besar baru Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) menuju prosesi pengukuhan di Dome UMM.

Iring-iringan klub motor yang membawa para profesor ini sontak mencuri perhatian, menghadirkan pemandangan tak biasa dalam tradisi akademik yang umumnya berlangsung formal dan tenang.

Puluhan moge berbaris rapi, mengawal tiga tokoh akademik UMM yang resmi menyandang gelar tertinggi dalam dunia pendidikan tinggi: Prof. Dr. Moh. Mahfud Effendi, MM, Prof. Dr. Lud Waluyo, Drs, M.Kes, dan Prof. Dr. Atok Miftachul Hudha, M.Pd. Ketiganya datang dengan wajah sumringah, menyapa civitas akademika yang berjejer sepanjang jalan, menanti momen istimewa ini.

Ketiga profesor baru tersebut membawa keahlian yang beragam. Prof Mahfud dikenal dengan kepakarannya dalam pengembangan kurikulum, Prof Lud Waluyo memiliki fokus pada mikrobiologi lingkungan, sementara Prof Atok mengokohkan UMM melalui keahliannya di bidang Pendidikan Bioetika.

Meski berbeda disiplin ilmu, ketiganya memperkuat posisi UMM sebagai kampus yang berkomitmen pada perkembangan akademik.

Dengan bertambahnya tiga guru besar ini, jumlah profesor UMM kini melampaui 79 orang, sebuah capaian signifikan yang terus menanjak dari tahun ke tahun.

Dalam suasana penuh kebanggaan, Rektor UMM Prof. Dr. Nazaruddin Malik, M.Si. menegaskan bahwa bertambahnya guru besar tidak sekadar menambah daftar prestasi kampus, tetapi juga menjadi sumber energi baru bagi kemajuan bangsa.

“Sinergi lintas disiplin adalah kunci pengembangan peradaban,” ujarnya.

Nazar menekankan bahwa penguatan sains, teknologi, sosial, hingga humaniora harus berlangsung seiring agar UMM dapat memberi manfaat lebih luas.

Dia juga yakin peningkatan jumlah profesor akan menarik minat calon mahasiswa, membuka pintu kolaborasi dengan industri, dan mempercepat transformasi akademik kampus.

“Mengejar peringkat itu boleh, namun jangan lupa memperbaiki mutu proses dan dampak positif bagi masyarakat,” tambahnya.

Iklan Landscape UM SURABAYA

Ketua Badan Pembina Harian UMM, Prof. Dr. H. Muhadjir Effendy, MAP, yang turut hadir, memberi apresiasi tinggi atas pencapaian kampus putih ini.

“Banyak orang tua menilai bagus tidaknya kampus dari jumlah profesor dan reputasinya. Guru besar adalah indikator penting,” ujarnya.

Lebih dari itu, Muhadjir menilai ketiga profesor baru UMM memiliki “benang merah” pada komitmen menciptakan masa depan Indonesia yang lebih hijau, baik, dan berkelanjutan.

Dia berharap UMM semakin tampil sebagai pelopor kampus hijau dan berperan dalam pembangunan yang tidak merusak lingkungan.

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Prof. Dr. Fauzan, M.Pd., dalam sambutannya menyoroti peran strategis perguruan tinggi menuju Visi Indonesia 2045.

Menurutnya, kekuatan bangsa tidak bertumpu pada sumber daya alam semata, tetapi pada kualitas manusia.

Dia juga menekankan pentingnya credential micro—model pembelajaran fleksibel lintas disiplin yang memungkinkan siapa pun meningkatkan kompetensi, relevan dengan kebutuhan era digital dan masa depan Indonesia Emas.

Di balik iring-iringan moge yang mencuri perhatian, pengukuhan tiga profesor ini menjadi simbol perjalanan panjang akademik yang disambut dengan kreativitas dan kehangatan khas UMM.

Prosesi yang meriah ini bukan hanya perayaan pencapaian individu, tetapi juga momen yang menegaskan tekad UMM untuk terus melaju sebagai kampus unggul, adaptif, dan berpengaruh bagi masa depan Indonesia. (*)

Iklan pmb sbda 2025 26

0 Tanggapan

Empty Comments