Pada 7–12 Desember 2025, saya bersama rombongan Hetero—salah satu prinsipal farmasi global—melakukan lawatan ke India.
Perjalanan ini tidak berhenti sebagai kunjungan kerja semata, melainkan menjadi ruang belajar yang utuh: tentang sistem kesehatan yang bekerja di bawah tekanan, tentang krisis yang diolah menjadi kekuatan, serta tentang peradaban yang mengajarkan makna ketekunan dan keberlanjutan.
Langkah pertama kami bermula di Hyderabad, kota yang bergerak cepat, padat, dan penuh energi. Di sinilah denyut layanan kesehatan India terasa nyata.
Kunjungan ke Yashoda Hospital langsung menghadapkan kami pada realitas tingginya volume pasien yang harus dilayani setiap hari.

Namun, di tengah kepadatan itu, sistem tetap berjalan dengan presisi. Alur klinis tertata jelas, pengambilan keputusan berlangsung cepat, dan tenaga kesehatan bekerja dengan disiplin tinggi.
Teknologi di rumah sakit ini tidak tampil berlebihan. Ia hadir secukupnya—fungsional dan tepat guna.
Dari Yashoda Hospital, kami belajar bahwa mutu layanan kesehatan tidak selalu ditentukan oleh kemewahan fasilitas, melainkan oleh kekuatan sistem, kepemimpinan yang konsisten, dan budaya kerja yang terbangun dengan baik.
Perspektif kami semakin luas saat mengunjungi Aspiro Pharma. Industri farmasi di India tidak hanya berbicara soal produksi massal, tetapi juga tentang riset, pengendalian mutu, dan kemandirian nasional.
Di sini terlihat jelas bahwa industri farmasi merupakan bagian tak terpisahkan dari ekosistem layanan kesehatan. Ia tumbuh bukan hanya demi keuntungan bisnis, tetapi juga untuk menjawab kebutuhan masyarakat luas.
Pelajaran penting yang kami petik adalah tentang keseimbangan: keberlanjutan bisnis kesehatan hanya dapat terwujud ketika orientasi manfaat sosial berjalan seiring dengan kepentingan ekonomi.
Ketika keduanya berjalan beriringan, industri kesehatan tidak hanya bertahan, tetapi juga memberi dampak jangka panjang.
Di sela-sela agenda profesional, kami menyempatkan diri singgah ke Charminar, ikon sejarah kota Hyderabad. Bangunan berusia ratusan tahun itu berdiri kokoh di tengah hiruk-pikuk kota modern.

Charminar seolah mengingatkan bahwa kemajuan tidak pernah lahir di ruang hampa. Kota modern tumbuh di atas fondasi sejarah, budaya, dan nilai yang kuat.
Bagi kami, Charminar menjadi metafora penting: inovasi terbaik bukanlah yang memutus akar masa lalu, melainkan yang tumbuh dengan tetap menjaga identitas dan nilai lokal.
Sebuah pesan yang relevan bagi dunia kesehatan dan organisasi modern yang kerap tergoda oleh perubahan cepat tanpa refleksi nilai.
Refleksi terdalam di Hyderabad hadir saat mengunjungi Sindhu Hospital, rumah sakit milik Hetero yang dibangun dari pengalaman dan pembelajaran selama pandemi COVID-19.
Sindhu Hospital bukan sekadar fasilitas kesehatan baru, melainkan simbol pilihan nilai. Di saat banyak pihak fokus mengejar pemulihan bisnis pasca-krisis, Hetero justru memilih menginvestasikan manfaat yang diperoleh selama pandemi menjadi layanan nyata bagi masyarakat.
Dari Sindhu Hospital, kami belajar bahwa ketangguhan korporasi sejati tidak berhenti pada kemampuan bertahan di masa krisis, tetapi diwujudkan dalam keberanian mengambil tanggung jawab sosial jangka panjang.

Krisis, jika dikelola dengan visi dan empati, dapat menjadi titik balik menuju lompatan kemajuan.
Perjalanan kemudian membawa kami ke Agra dan New Delhi—dua kota yang menghadirkan ruang refleksi lebih sunyi, namun sarat makna. Taj Mahal di Agra berdiri anggun, tak lekang oleh waktu.
Monumen ini mengajarkan bahwa karya besar tidak dibangun dengan tergesa-gesa. Ia lahir dari kesabaran, presisi, dan komitmen lintas generasi.
Dalam konteks kesehatan dan organisasi, Taj Mahal mengingatkan bahwa membangun sistem yang kuat membutuhkan konsistensi dan orientasi nilai jangka panjang, bukan sekadar mengejar target sesaat. Keindahan dan kekokohannya adalah hasil dari visi yang dijaga dengan penuh ketekunan.
Di New Delhi, Qutub Minar menghadirkan pelajaran berbeda namun saling melengkapi. Menara ini dibangun dan disempurnakan oleh berbagai generasi dalam konteks zaman yang berbeda.
Ia tetap berdiri karena kemampuannya beradaptasi tanpa kehilangan jati diri. Sebuah pesan yang terasa sangat relevan bagi institusi kesehatan modern yang hidup di tengah perubahan regulasi, teknologi, dan ekspektasi publik yang terus bergerak.
Perjalanan kami ditutup dengan singgah di India Gate. Monumen peringatan ini menjadi simbol pengabdian dan pengorbanan.
Di sana, kami diingatkan bahwa kemajuan sebuah bangsa—dan juga organisasi—selalu ditopang oleh dedikasi manusia-manusia yang memilih untuk melayani, bukan sekadar mengejar pencapaian pribadi.
Dari Hyderabad hingga New Delhi, perjalanan ini menghadirkan tiga pelajaran utama. Pertama, layanan kesehatan yang unggul bertumpu pada sistem yang disiplin dan efisien.

Kedua, krisis dapat menjadi titik balik menuju kemajuan jika dikelola dengan visi dan tanggung jawab sosial.
Ketiga, keberlanjutan menuntut pandangan jangka panjang dan kemampuan beradaptasi, sebagaimana diajarkan oleh peradaban besar.
Kami pulang dengan keyakinan baru bahwa perjalanan ini bukan sekadar kunjungan, melainkan proses belajar.
Sebuah pengingat bahwa di balik industri, rumah sakit, dan monumen megah, selalu ada pilihan nilai. Dan dari pilihan-pilihan itulah masa depan—termasuk masa depan layanan kesehatan—dibentuk. (*)


0 Tanggapan
Empty Comments