
PWMU.CO — SD Muhammadiyah 4 Zamzam, Sidoarjo terus menunjukkan komitmennya dalam mewujudkan pendidikan yang ramah dan inklusif bagi semua peserta didik, termasuk anak-anak penyandang disabilitas.
Komitmen tersebut tercermin dalam kegiatan Diseminasi Pendidikan Inklusif yang dilaksanakan bertepatan dengan rapat dinas bulanan sekolah dan diikuti oleh seluruh guru serta tenaga kependidikan, Sabtu (26/7/2025).
Kegiatan ini berkolaborasi dengan berbagai lembaga, di antaranya Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia, Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI), Lembaga Pelatihan dan Konsultan Inovasi Pendidikan Indonesia (LPKIPI), dan Unit Layanan Disabilitas (ULD) Kabupaten Sidoarjo.
Acara ini dibuka secara resmi oleh Kepala SD Muhammadiyah 4 Zamzam, Muhammad Anas Fikri MAP yang dalam sambutannya menyampaikan pentingnya setiap pendidik memahami sistem pendidikan inklusif sebagai bentuk keadilan dan hak semua anak untuk memperoleh layanan pendidikan yang layak.
“Kita tidak sedang membuat ruang khusus bagi anak berkebutuhan khusus, tapi menyusun sistem pendidikan yang mampu mengakomodasi semua peserta didik,” ujarnya.
Sebagai pemantik diskusi, Ayu Wulandari SPd Kepala Urusan Kesiswaan, menyampaikan materi awal tentang konsep dasar pendidikan inklusif. Ia menekankan bahwa anak berkebutuhan khusus bukan disebut “anak inklusi”, melainkan disebut ABK atau PDPD (Peserta Didik Penyandang Disabilitas).

Ia juga memaparkan pentingnya pengisian data melalui platform PBS (Pusat Data Sekolah) untuk mengidentifikasi hambatan fungsional peserta didik, jenis disabilitas, dan layanan yang dibutuhkan. Hal ini sangat penting untuk menghindari kesalahan klasifikasi dan penilaian, terutama dalam pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK).
Sesi berikutnya menghadirkan narasumber dari ULD Kabupaten Sidoarjo, Harum Kawaludin, yang berbagi strategi menangani PDPD yang mengalami tantrum di kelas. Salah satu pendekatannya adalah dengan menyediakan ruang tenang yang kosong serta penggunaan alat sederhana seperti sikat berbulu halus untuk memberikan stimulasi yang menenangkan.
Ia juga menekankan pentingnya mengganti perilaku negatif dengan kegiatan positif seperti menggambar, meremas kertas, atau mewarnai, serta menyediakan gambar visual untuk membantu komunikasi.
Suasana forum menjadi semakin hangat saat perwakilan dari HWDI, Ni Made Dharmika, berkesempatan membagikan kisah inspiratifnya sebagai penyandang disabilitas akibat polio.
Wanita yang akrab disapa Bu Made ini mengisahkan bagaimana perjuangan mengikuti pendidikan di tengah keterbatasan fisik, termasuk pengalaman ditolak saat mendaftar ke jenjang SMP.
Namun, ia juga mengisahkan momen penuh makna ketika bersekolah di tempat yang penuh dukungan, di mana teman-temannya menjadi guardian angel yang selalu membantu. Tantangan terbesarnya adalah menemukan sekolah yang aksesibel dan tidak bertingkat.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi ruang berbagi ilmu dan pengalaman, tetapi juga membangkitkan kesadaran seluruh pendidik untuk lebih memahami, menghargai, dan melayani semua peserta didik dengan setara.
SD Muhammadiyah 4 Zamzam berharap ke depan seluruh elemen sekolah dapat menjadi bagian dari lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan mendukung tumbuh kembang anak secara optimal—tanpa terkecuali.
Penulis Realita Tataguna CB Editor Zahra Putri Pratiwig


0 Tanggapan
Empty Comments