
PWMU.CO – Generasi Alpha (GA) merupakan kelompok generasi yang lahir tahun 2010 – 2024. Istilah GA pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli demografi dan futuris bernama Mark McCrindle. GA tumbuh-kembang di era teknologi digital, utamanya teknologi kecerdasan buatan (AI).
Perkembangan teknologi yang semakin canggih ini, GA memiliki kemampuan melakukan akses secara luas terhadap informasi. Mereka mengakses informasi melalui perangkat digital, internet, dan media sosial. Kelompok GA cenderung lebih cepat belajar, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan mampu beradaptasi dengan lingkungan berbasis teknologi. Namun pada sisi lain, GA cenderung mengeksplorasi hal baru dan tidak mau terkekang, menimbulkan persoalan tersendiri terkait nilai moral.
Jika kita amati, anak-anak GA cukup sering menunjukkan sikap yang sulit dipahami. Baik oleh orang tua maupun guru-gurunya. Sikap dan perilaku mereka cenderung terbentuk oleh pengaruh konten digital yang mereka konsumsi secara bebas. Berbagai informasi yang diperoleh melalui internet dan media sosial dapat membawa pengaruh positif maupun pengaruh negatif pada karakter mereka.
Saya menjumpai pada anak tingkat usia dini GA yang menunjukkan perilaku unik. Anak tersebut memiliki tingkah laku yang sulit di atur oleh orang tua di rumah atau oleh guru saat berada di sekolah. Anak ini gemar berkata kasar, menolak untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah, serta perilakunya terhadap orang lain — baik kepada teman sebaya atau orang yang lebih tua — kurang begitu sopan.
Saat melakukan wawancara dengan orang tua, saya mengamati adanya kurangnya kepedulian dari pihak orang tua. Di tambah pula dengan pengaruh lingkungan sekitar anak yang cenderung kurang baik. Anak juga terpapar media digital secara bebas tanpa pengawasan. Sehingga dapat mengakses konten-konten permainan yang tidak edukatif dan bahkan menggunakan kosakata yang tidak pantas. Anak-anak cenderung menyerap konten tersebut secara mentah tanpa bimbingan orang dewasa yang dapat menjelaskan bahwa konten seperti itu tidak sesuai untuk usia mereka. Berdasarkan pengamatan ini, saya menilai bahwa anak-anak GA mengalami kekurangan dalam penanaman nilai moral. Padahal seharusnya nilai-nilai tersebut mulai tertanam sejak dini di lingkungan keluarga, terutama melalui keterlibatan aktif orang tua.
Berdasarkan kasus tersebut di atas, kita bisa melihat bahwa penanaman dasar-dasar nilai moral pada GA sangatlah penting. Idealnya awal penanaman nilai bisa sejak tahap usia dini — yakni anak usia 0-6 tahun —, ketika anak-anak sedang mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan. Masa pertumbuhan dan perkembangan ini populer dengan istilah golden age atau masa keemasan. Pada periode golden age, anak memiliki kelebihan dalam menyerap informasi secara sangat cepat dan karakternya relatif mudah terbentuk.
Karena itu, jika nilai-nilai moral tidak diajarkan sejak usia dini, khawatirnya mereka akan tumbuh tanpa memiliki landasan moral yang kuat saat menghadapi kehidupan di masa depan. Maka penanaman nilai moral pada GA sangat penting, utamanya melalui pendidikan agama agar karakternya terbentuk dengan baik dan menghasilkan perilaku yang positif.
Nilai-nilai moral dasar apa sajakah yang perlu untuk anak-anak GA? Yaitu nilai kejujuran, kasih sayang, kesabaran, tanggung jawab, dan kepedulian terhadap sesama. Semua nilai tersebut tidak hanya penting untuk kehidupan pribadi anak, tetapi juga menjadi pondasi utama dalam membangun hubungan sosial yang baik di lingkungan masyarakat. Nilai-nilai moral ini merupakan benteng pertahanan agar tidak mudah terpengaruh oleh budaya negatif yang menyebar melalui dunia digital.
Jika kita mengutip ucapan KH Ahmad Dahlan, pendidikan karakter sangat perlu untuk membentuk manusia Muslim yang berbudi pekerti luhur, memiliki wawasan luas, memahami ilmu pengetahuan, serta berkontribusi bagi kemajuan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pendidikan agama dan moral harus secara seimbang agar anak-anak tumbuh menjadi individu yang cerdas secara intelektual dan memiliki akhlak yang baik.
Saatnya kita harus mengemas dengan sangat menarik agar anak mudah memahami dan menerima secar positif dan gembira.***
Editor Notonegoro


0 Tanggapan
Empty Comments