Search
Menu
Mode Gelap

Jangan Eksploitasi Anak Agar Punya Masa Depan…!!! 

Jangan Eksploitasi Anak Agar Punya Masa Depan…!!! 
pwmu.co -
Oleh Nabila Gita Sulistya  – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya

PWMU.CO – Pada usia yang seharusnya menjadi masa bermain, belajar, dan tumbuh dengan bahagia, masih banyak anak-anak yang justru harus menjalani hidup dalam tekanan ekonomi orang tua mereka. Kita kerap melihat mereka mengamen di perempatan jalan, di tempat makan, bahkan di lokasi wisata. Tak jarang pula mereka menjajakan tisu di lampu merah atau di tempat-tempat ramai pengunjung, bahkan rela membantu orang tuanya berjualan hingga larut malam.

Hal semacam ini mungkin bagi sebagian orang menganggapnya sebagai hal yang biasa. Namun jika berhenti sejenak untuk melihat mereka, kita akan merasakan adanya hak yang terampas, ada yang mengorbankan masa kecilnya. Anak sebagai pribadi yang sedang tumbuh, yang setiap langkahnya perlu bimbingan melalui pendidikan, kasih sayang, dan lingkungan yang sehat. 

Sering kita melihat tayangan video di media sosial, tentang anak-anak kecil yang seharusnya bahagia dengan bermain dan belajar bersama dengan teman-temannya. Tapi justru terpaksa harus menerima kenyataan hidup yang tidak mudah untuk mereka terima dan pahami. Setiap anak tentu menginginkan masa kecil yang bahagia, bukan penuh tantangan. Namun realitas berkata lain, banyak dari mereka yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan pendidikan yang layak, melainkan justru dipekerjakan.

Kita tidak bisa menutup mata bahwa realitanya banyak keluarga yang masih hidup dalam tekanan ekonomi. Orang tuanya bekerja keras siang malam untuk menyambung hidup. Tapi apapun situasi dan kondisinya, mendidik anak harus menjadi prioritas utama daripada melibatkan mereka dalam urusan mencari nafkah. Mendidik anak bukan hanya soal mengantar mereka ke sekolah, tapi juga memberikan lingkungan sosial yang mendukung untuk tumbuh dan belajar. Anak tidak bisa tumbuh maksimal jika mengalami tekanan ekonomi yang memaksanya harus menjadi orang dewasa.

Merujuk data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, ternyata masih ada 1,17 juta anak usia 10-17 tahun yang bekerja. Seperti yang pernah diunggah di media sosial TikTok DAAI TV Indonesia, seorang anak lelaki bernama Agung (11 tahun) yang terpaksa bekerja sebagai kuli panggul kayu. Dengan tubuhnya yang mungil, Agung harus mendaki jalan terjal di hutan sambil memanggul kayu. Dia mengikhlaskan masa depannya dengan tidak melanjutkan pendidikan karena harus membantu ekonomi kedua orang tuanya.

Peran utama orang tua adalah mendidik dan melindungi anak-anaknya. Tidak hanya melindungi secara fisik, tapi juga dari sisi psikologis dan moral. Memberi kesempatan anak untuk belajar dan bermain bukan berarti orang tua yang gagal, justru itu merupakan bagian dari bentuk tanggung jawab. Banyak orang yang masih beranggapan bahwa pendidikan sebagai sesuatu yang mahal dan memberatkan. Padahal, banyak program pendidikan gratis yang tersedia, mulai dari pendidikan PAUD hingga sekolah dasar.

Pada situasi dan kondisi seperti saat ini, Muhammadiyah hadir mengambil peran penting (terutama) dalam bidang pendidikan. Muhammadiyah telah membuka jaringan untuk sekolah yang terjangkau atau bahkan gratis bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Lebih dari itu, lembaga filantropinya seperti LAZISMU turut menggalang dan menyalurkan dana zakat, infak, serta sedekah dalam bentuk beasiswa pendidikan, perlengkapan sekolah, hingga bantuan biaya hidup.

Iklan Landscape UM SURABAYA

Pendidikan merupakan investasi terbaik bagi masa depan anak dan keluarga. Anak yang terdidik dengan baik akan memiliki peluang lebih besar untuk lepas dari deraan kemiskinan. Mereka berkesempatan mendapatkan pekerjaan yang layak, dan hidup mandiri. Sebaliknya, yang tidak mendapatkan pendidikan dengan baik — entah karena alasan harus bekerja membantu orang tua — berisiko untuk tumbuh tanpa bekal. Ruang kemiskinan pun menjadi tetap akan terus berulang.

Anak-anak bukan penopang dan penanggung jawab ekonomi rumah tangga. Mereka adalah pemilik masa depan bangsa, dan untuk memiliki masa depan itu harus diperolehnya melalui pendidikan yang berkualitas. Tidak boleh ada yang merampas masa bermain, belajar, dan bermimpi mereka dengan alasan apapun. Jika para orang tua mendidik dengan sabar dan penuh kasih sayang, semoga kelak anak-anak itu akan tumbuh kuat dan mampu menjadi pilar keluarga secara lebih layak, lebih bermartabat, dan lebih membanggakan. Anak-anak perlu pendidikan, bukan dipekerjakan. Melalui proses pendidikan, anak akan punya harapan. Dari harapan, mereka pasti menciptakan masa depan yang lebih baik.

***Editor Notonegoro

Iklan pmb sbda 2025 26

0 Tanggapan

Empty Comments