Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Jawa Tengah menyiapkan prototipe hunian darurat untuk mendukung masa transisi penanganan bencana di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Inisiatif ini menjadi bagian dari penguatan respons kemanusiaan MDMC Jateng pascabencana, melengkapi layanan kesehatan, dukungan psikososial, WASH, serta manajemen logistik yang telah berjalan di lapangan.
Tim MDMC Jateng yang diperbantukan di Tapanuli Selatan menilai bahwa kebutuhan hunian darurat menjadi sangat penting pada fase transisi. Setelah tahap tanggap darurat awal terlewati, warga terdampak membutuhkan tempat tinggal sementara yang aman, layak, dan dapat dibangun dengan cepat menggunakan sumber daya terbatas. Atas dasar itu, MDMC Jateng mulai menyiapkan prototipe hunian darurat yang dapat direplikasi oleh masyarakat dampingan.
Prototipe hunian darurat ini bukanlah hal baru bagi MDMC Jateng. Model serupa sebelumnya telah diterapkan saat respons Gempa Cianjur pada 2023. Kala itu, hunian darurat dibangun di wilayah Barukaso dan dinilai cukup efektif dalam menjawab kebutuhan tempat tinggal sementara bagi para penyintas. Pengalaman tersebut menjadi rujukan utama dalam menyiapkan hunian darurat di Batang Toru.
Hunian darurat yang disiapkan memiliki ukuran 6 x 4 meter. Material utama yang digunakan berupa terpal A5 berukuran 6 x 8 meter dengan rangka kayu kaso. Pemilihan bahan ini mempertimbangkan aspek kemudahan distribusi, kecepatan pembangunan, serta daya tahan dalam kondisi darurat.
Koordinator Logistik Tim MDMC Jateng di Tapanuli Selatan, Surya Prima, menjelaskan bahwa prototipe hunian darurat ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek warga terdampak. “Dengan spesifikasi seperti ini, hunian darurat dapat digunakan hingga sekitar tiga bulan untuk pemakaian terpalnya,” jelas Surya.
Ia menambahkan, kayu kaso yang digunakan tidak bersifat sekali pakai. Material tersebut masih dapat dimanfaatkan kembali ketika warga beralih dari hunian darurat menuju hunian sementara maupun hunian tetap. Dengan demikian, material yang tersedia tetap memiliki nilai guna dan tidak terbuang percuma.
Penggunaan prototipe ini juga tidak berhenti pada satu unit contoh. MDMC Jateng menyiapkannya sebagai model awal sebelum memprogramkan pembangunan hunian darurat secara lebih luas bagi masyarakat dampingan. Prototipe tersebut diharapkan menjadi acuan teknis yang mudah dipahami dan ditiru oleh warga, relawan, maupun komunitas lokal yang terlibat dalam proses pemulihan pascabencana.
Dalam konteks respons bencana, MDMC Jateng memandang masa transisi sebagai fase krusial. Pada tahap ini, warga mulai bergerak dari kondisi darurat menuju pemulihan awal. Kehadiran hunian darurat yang layak dinilai mampu menjaga martabat penyintas sekaligus memberikan rasa aman selama proses pemulihan berlangsung.
Selain aspek fisik, hunian darurat juga memiliki peran penting dalam pemulihan psikososial warga. Tempat tinggal yang lebih tertata membantu penyintas kembali menjalani aktivitas harian secara bertahap. Hal ini sejalan dengan pendekatan MDMC Jateng yang mengintegrasikan layanan kesehatan, dukungan psikososial, WASH, dan logistik dalam satu rangkaian respons kemanusiaan. (*)


0 Tanggapan
Empty Comments