Jidor Surya Nada SMP Muhammadiyah 12 Sendangagung berhasil menggetarkan Desa Karangwungulor, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 RI, Ahad (17/8/2025).
Kegiatan yang dipusatkan di halaman Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) 09 Karangwungulor itu diawali dengan upacara bendera. Usai upacara, ratusan warga dan pelajar mengikuti Pawai Budaya keliling desa dengan iringan musik jidor Surya Nada. Alunan musik khas tersebut mampu menciptakan suasana semakin semarak.
Sekitar 170 peserta pawai tampil mengenakan beragam busana adat Nusantara. Derap langkah mereka berpadu dengan tabuhan jidor sehingga membuat warga terkesima. Bagi sebagian besar masyarakat Karangwungulor yang berada di tepian Bengawan Solo, musik jidor masih terbilang baru dan langka didengar.
Kesan unik pun muncul. Banyak warga semula mengira jidor serupa dengan gambus karena menggunakan rebana. Namun, saat menyaksikan langsung, mereka menyadari bahwa musik jidor justru memadukan gamelan Jawa dengan instrumen lain yang dapat memainkan berbagai jenis lagu. Repertoar yang dibawakan pun sesuai dengan momentum peringatan kemerdekaan.
Hal itu dirasakan Vivid Rohmaniyah MPd, salah satu warga yang tampak antusias menikmati penampilan para pemain jidor yang masih belia.
“It is Wonderfull! Tahun ini kita bisa memperingati HUT RI ke-80 sambil menikmati suguhan alunan musik tradisional khas Sendangagung. Musik ini unik nan anggun, dan pas banget manakala mengiringi arak-arakan Pawai Budaya seperti ini,” ujar anggota Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur sekaligus kandidat doktor ini.
Kepala MIM 09 Karangwungulor, Nur Azizah SSos, turut menyampaikan rasa syukur atas suksesnya acara dan berterima kasih kepada para pengisi acara.
“Acara Pawai Budaya ini rutin setiap tahun diadakan setelah upacara, dan tahun ini nampak lebih istimewa dengan hadirnya jidor Sendangagung yang dimainkan santri Pondok Pesantren Al-Ishlah,“ jelasnya.
Selain menjadi hiburan, kehadiran jidor dalam peringatan kemerdekaan ini juga dianggap sebagai upaya melestarikan seni tradisi lokal. Para guru dan tokoh masyarakat berharap generasi muda semakin mengenal dan mencintai kesenian daerahnya sendiri.
Warga pun berharap kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut. Bagi mereka, pawai budaya bukan sekadar merayakan HUT RI, tetapi juga menjadi ajang mempererat silaturahmi dan kebersamaan antarwarga desa. (*)


0 Tanggapan
Empty Comments