Di dunia yang sering kali menghargai pencapaian instan dan kepalsuan, kejujuran kerap dianggap sebagai beban yang berat.
Memang benar, berkata jujur terkadang terasa pahit dan menempatkan kita dalam posisi yang sulit.
Namun, perlu kita ingat bahwa fondasi kehidupan yang hancur karena satu kebohongan jauh lebih menyakitkan daripada pahitnya sebuah kebenaran.
Kejujuran bukan sekadar ucapan, melainkan ketenangan batin yang menjadi kompas paling akurat menuju rida Allah dan pintu surga.
Pada suatu hari, Sayyidina Umar bin Khattab melakukan perjalanan ke Kota Makkah. Ketika sampai di padang rumput, Beliau melihat seorang penggembala kambing.
Tertarik dengan kualitas hewan ternak tersebut, Sayyidina Umar menghampiri sang penggembala untuk menguji integritasnya.
“Wahai penggembala, banyak sekali kambing-kambingmu. Bersediakah kamu menjual seekor kambingmu itu kepadaku?” tanya Umar.
“Maaf tuan, kambing-kambing ini bukan milikku. Aku hanya penggembala yang bekerja menerima upah saja. Semua kambing ini adalah milik tuanku,” jawab penggembala itu dengan tenang.
Mendengar jawaban tersebut, Sayyidina Umar mencoba menguji lebih dalam: “Wahai penggembala, majikanmu tidak akan tahu jika kamu menjualnya kepadaku seekor saja. Katakan saja padanya bahwa satu kambingmu telah dimakan serigala.”
Si penggembala menatap wajah Sayyidina Umar dengan tegas dan menjawab, “Lalu di mana Allah? Dia selalu melihat apa yang diperbuat oleh makhluk-Nya.”
Kalimat sederhana namun bergetar itu membuat air mata Sayyidina Umar menetes. Beliau kagum pada keteguhan hati sang budak.
Singkat cerita, Umar bin Khattab menemui majikan penggembala itu, membelinya, dan langsung memerdekakannya. Beliau berkata, “Dengan kalimat ini aku membebaskanmu di dunia, dan aku berharap Allah juga membebaskanmu dari api neraka di akhirat.”
Integritas yang dicontohkan oleh pemuda tersebut tidak hanya berlaku di padang rumput masa lalu, tapi sangat relevan dalam keseharian kita saat ini. Berikut adalah beberapa contoh nyata bagaimana kejujuran membawa keberkahan:
- Dunia Kerja: Seorang karyawan yang berani mengakui kesalahan teknis dalam laporan kepada atasannya. Meski mungkin ia mendapat teguran, ia menyelamatkan perusahaan dari kerugian besar di masa depan dan membangun kepercayaan jangka panjang.
- Kehidupan Sekolah: Seorang siswa yang memilih mendapatkan nilai apa adanya daripada menyontek. Ia mungkin tidak menjadi juara kelas seketika, namun ia sedang melatih otot mentalnya untuk menjadi pemimpin yang bersih dan amanah.
- Urusan Niaga: Seorang pedagang yang jujur menjelaskan cacat pada barang dagangannya. Keuntungan materi mungkin berkurang sedikit hari itu, namun ia mendapatkan “pelanggan setia” dan keberkahan harta yang tidak ternilai.
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya kejujuran membawa pada kebaikan, dan kebaikan akan membawa ke surga.”
Jangan pernah takut melakukan kebenaran, dan jangan takut mengakui kesalahan. Hidup yang bermodalkan kejujuran akan memberikan ketenangan yang tidak bisa dibeli dengan harta.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah berkata bahwa orang yang jujur akan mendapatkan tiga hal istimewa: Kepercayaan, Cinta, dan Hormat.
Yang terindah bukanlah mereka yang hanya pandai menyampaikan teori kejujuran, melainkan mereka yang mampu mengamalkannya di saat sulit sekalipun.
Mari jaga hati dalam ketaatan, istighfar, zikir, dan sholawat tanpa batas agar lisan kita senantiasa terjaga dalam kebenaran. (*)


0 Tanggapan
Empty Comments