Search
Menu
Mode Gelap

Ketika Sakit Menjadi Jalan Pengampunan

Ketika Sakit Menjadi Jalan Pengampunan
Ilustrasi: OpenAI
Oleh : Suparlan Wartawan PWMU.CO
pwmu.co -

Sakit kerap dipandang sebagai sesuatu yang menakutkan, melemahkan, bahkan menyiksa. Ia datang tanpa diundang, memaksa manusia berhenti dari rutinitas, dan sering kali menggugah kecemasan.

Namun dalam pandangan Islam, sakit bukanlah semata kondisi fisik yang menyakitkan. Lebih dari itu, sakit merupakan bagian dari takdir kehidupan yang diatur sepenuhnya oleh Allah SWT, sebuah mekanisme Ilahi yang sarat makna, pendidikan, dan kasih sayang.

Islam memandang sakit sebagai penebus dosa sekaligus ujian keimanan. Ia hadir bukan untuk menjatuhkan manusia, melainkan untuk mengangkat derajatnya.

Di balik rasa nyeri dan keterbatasan, terdapat peluang besar bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperbaiki kualitas ibadah, serta membentuk karakter yang lebih sabar, tawaduk, dan matang secara spiritual.

Sebagaimana disampaikan seorang kakek bercucu empat, sakit juga berfungsi sebagai pengingat akan nikmat sehat yang sering kali luput dari rasa syukur. Ketika sehat, manusia kerap merasa kuat dan berdaya.

Namun saat sakit, setiap napas menjadi mahal, setiap gerak terasa bermakna. Dari sinilah sakit menjadi bukti kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, agar manusia kembali merenungi hidup, memperbaiki relasi dengan Tuhan dan sesama, meningkatkan ibadah, serta memupuk sifat-sifat terpuji yang membentuk kepribadian positif dan konstruktif.

Islam memandang sakit sebagai anugerah dalam bentuk ujian yang harus dihadapi dengan sabar, tawakkal, dan ikhtiar untuk mencari kesembuhan.

Makna Sakit sebagai Ujian

Secara filosofis, sakit adalah bagian dari sunnatullah, ketetapan Allah SWT yang mengatur kehidupan manusia.

Dunia ini bukan tempat balasan, melainkan ruang ujian. Manusia diuji dengan berbagai keadaan: kelapangan dan kesempitan, kesehatan dan penyakit, kebahagiaan dan kesedihan.

Semua itu bertujuan untuk menguji keimanan dan kesadaran manusia akan hakikat dirinya sebagai hamba.

Al-Qur’an menegaskan bahwa ujian adalah keniscayaan hidup:

وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Kami menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kami kalian akan dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya: 35)

Ayat ini menegaskan bahwa sakit bukanlah tanda kebencian atau murka Allah, melainkan bagian dari proses pendidikan Ilahi.

Sakit menyadarkan manusia akan keterbatasannya, mengikis kesombongan, dan mendorong ketergantungan total kepada Sang Pencipta. Ia juga menanamkan kesadaran bahwa dunia bukan tujuan akhir, melainkan jembatan menuju kehidupan akhirat yang abadi.

Iklan Landscape UM SURABAYA

Dalam konteks ini, sakit berfungsi sebagai sarana introspeksi dan pemurnian diri. Ia mengajak manusia untuk menata ulang orientasi hidup, memperbaiki hubungan dengan Allah, dan memperhalus akhlak dalam berinteraksi dengan sesama.

Sakit, Sabar, Ikhtiar, dan Tawakkal

Dalam ajaran Islam, sikap menghadapi sakit mencakup empat unsur utama: sabar, ikhtiar, tawakkal, dan doa. Keempatnya saling melengkapi dan membentuk sikap utuh seorang mukmin.

Sabar merupakan fondasi utama. Sabar bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan keteguhan hati dalam menerima ketetapan Allah dengan lapang dada. Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ صُهَيْبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ،
إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ،
وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ.

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Sesungguhnya seluruh urusannya adalah kebaikan baginya, dan itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar dan itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa sakit, betapapun beratnya, tetap bernilai kebaikan bagi orang beriman. Kesabaran dalam sakit menjadi sarana penghapus dosa dan peninggi derajat.

Tawakkal hadir setelah ikhtiar. Tawakkal adalah menyerahkan hasil sepenuhnya kepada Allah SWT dengan keyakinan bahwa keputusan-Nya adalah yang terbaik. Tawakkal tidak meniadakan usaha, tetapi justru menyempurnakannya dengan ketenangan hati.

Ikhtiar merupakan bentuk tanggung jawab manusia terhadap kesehatan dirinya. Islam menganjurkan umatnya untuk berobat dan mencari pengobatan yang halal dan baik.

Upaya berobat ke rumah sakit atau klinik, misalnya, merupakan contoh nyata ikhtiar manusia agar dapat kembali sehat, sembari tetap meyakini bahwa kesembuhan sejati datang dari Allah SWT.

Sementara itu, doa menjadi jembatan spiritual yang menghubungkan usaha lahiriah dan ketundukan batiniah. Doa menenangkan jiwa, menguatkan harapan, dan menumbuhkan optimisme di tengah keterbatasan.

Pada akhirnya, sakit mengajarkan manusia untuk lebih jujur pada dirinya sendiri. Ia memurnikan jiwa dari kesombongan, melunakkan hati yang keras, serta menumbuhkan empati terhadap penderitaan orang lain.

Sakit mendidik manusia untuk menghargai waktu, kesehatan, dan nikmat kecil yang selama ini dianggap remeh. (*)

Iklan pmb sbda 2025 26

0 Tanggapan

Empty Comments