
PWMU.CO – Muhammadiyah terus mendorong transformasi masjid dari sekadar tempat ibadah menjadi pusat solusi atas persoalan lingkungan dan sosial yang makin mendesak. Komitmen itu tampak dalam Lokakarya Green Masjid bertajuk “Membangun Sinergi untuk Mewujudkan Masjid yang Ramah bagi Kehidupan dan Kelestarian Alam” yang digelar di Gedoeng Muhammadijah, Yogyakarta, Rabu (28/5/2025).
Kegiatan ini diinisiasi oleh Eco Bhinneka Muhammadiyah dan Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCRPM) PP Muhammadiyah. Hadir para takmir dari 16 masjid Muhammadiyah di Jawa dan luar Jawa.
Ketua LPCRPM PP Muhammadiyah, Jamaludin Ahmad, menyampaikan bahwa masjid harus menjadi pusat gerakan yang hidup. “Masjid bukan hanya tempat ritual, tapi pusat percontohan dan pemberdayaan. Kita harus malu jika masjid hanya ramai saat salat Jumat, tapi sepi dari aktivitas sosial dan lingkungan,” ujarnya.

Tiga Tujuan, Satu Semangat Perubahan
Tiga tujuan utama lokakarya ini adalah: membangun pemahaman bersama tentang konsep green masjid (pengelolaan air, energi, sampah, dan penghijauan), mendorong sinergi antarpegiat masjid, serta merancang program konkret yang dapat diterapkan di masing-masing masjid.
Ketua Lembaga Resiliensi Bencana (MDMC) PP Muhammadiyah Budi Setiawan menegaskan, “Masjid bisa menjadi pusat penguatan komunitas dan ketangguhan. Pelatihan Masjid Tangguh Bencana yang pernah kami lakukan membuktikan hal itu.”
Masjid dan Fikih Konservasi
Wakil Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, Ali Yusuf, memperkenalkan konsep fikih air dalam Islam. “Air bukan sekadar kebutuhan teknis, tapi bagian dari syariah yang mencerminkan keadilan dan keberlanjutan,” katanya.
Ia mencontohkan bagaimana Nabi Muhammad Saw berwudhu hanya dengan satu mud air. “Itu menunjukkan ajaran Islam sangat peduli efisiensi dan konservasi,” jelasnya.

Hal serupa disampaikan Direktur Eco Bhinneka, Hening Parlan, yang juga menjabat di LLHPB PP Aisyiyah. Ia menilai masjid harus menjadi pusat solusi atas krisis air bersih dan edukasi masyarakat soal konservasi. “Banyak masjid belum punya indikator praktik ramah lingkungan meskipun sudah punya niat,” tegasnya.
Kisah Sukses Masjid Al Muharram Brajan
Salah satu kisah inspiratif datang dari Masjid Al Muharram Brajan Yogyakarta. Sejak 2013, masjid ini menjalankan program eco-masjid yang berhasil mengelola air wudhu, memasang panel surya, hingga menjalankan sedekah sampah.
“Energi terbarukan bukan hanya solusi hemat, tapi juga lebih ramah lingkungan,” terang Ananto Isworo, tokoh penggeraknya. Program mereka bahkan diliput media internasional seperti The New York Times dan France24.

Masjid adalah Solusi Umat dan Lingkungan
Ketua PP Muhammadiyah, Ahmad Dahlan Rais, menekankan pentingnya menjadikan masjid sebagai pusat budaya, pendidikan, dan peradaban Islam. “Kerusakan lingkungan harus direspons dengan kesadaran spiritual dan aksi nyata. Masjid adalah titik awal perubahan,” ujarnya mengutip QS Ar-Rum ayat 41.
Lokakarya ini diikuti oleh perwakilan takmir dari Masjid Djuanda Sragen, Daarussalam Kudus, Mujahidin Semarang, hingga Masjid Supangat Tuban. Mereka berkomitmen membawa semangat perubahan ini pulang ke daerah masing-masing, dari ibadah menuju aksi nyata untuk keberlanjutan umat dan bumi (*)
Penulis Dzikrina Farah Adiba Editor M Tanwirul Huda


0 Tanggapan
Empty Comments