Muhammadiyah melalui Lembaga Resiliensi Bencana (LRB) / Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) terus memperkuat respons darurat terhadap banjir dan longsor besar yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sejak 25 November 2025.
Bencana yang dipicu Siklon Tropis Senyar itu memunculkan hujan ekstrem berskala luas hingga menyebabkan kerusakan parah dan korban jiwa dalam jumlah besar.
Data sementara per 1 Desember 2025 menunjukkan 631 orang meninggal dunia, 472 masih hilang, serta lebih dari satu juta jiwa terpaksa mengungsi. Situasi ini mendorong MDMC menggerakkan kekuatan penuh untuk mempercepat penanganan di lapangan.
Wakil Sekretaris MDMC PP Muhammadiyah, Budi Santoso, S.Psi., M.KM, menyampaikan bahwa penguatan tim relawan menjadi prioritas utama.
Sejak awal masa tanggap darurat, MDMC telah mengirimkan 240 relawan kloter pertama yang terdiri dari Emergency Medical Team (EMT) dari 13 RS Muhammadiyah–‘Aisyiyah, tim psikososial, logistik, manajemen poskor, data dan informasi (datin), hingga tim SAR Muhammadiyah.
“Pengiriman relawan dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan lapangan. Setelah 240 relawan bekerja di titik-titik terparah, MDMC kembali mengerahkan 102 relawan tambahan untuk memperkuat layanan kesehatan, evakuasi, logistik, dan asesmen kebutuhan,” jelas Budi, Selasa (2/12/2025).
Kata dia, para relawan membawa perlengkapan medis, peralatan SAR, dukungan logistik bantuan, serta kebutuhan operasi lainnya sesuai standar respons darurat MDMC.
“Di banyak kabupaten, mereka membuka pos layanan kesehatan, pos logistik, memberikan dukungan psikososial, hingga membantu pembersihan rumah dan fasilitas umum yang rusak.
Penguatan respons darurat dilakukan dengan mengintegrasikan jaringan MDMC regional. Budi menjelaskan pembagian tugas relawan antarwilayah dilakukan untuk memastikan distribusi kekuatan lebih efektif.
MDMC Sumsel, Riau, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, dan Jambi bertugas memperkuat respon di Sumatera Barat.
MDMC Jawa Tengah dan Jawa Timur fokus membantu Sumatera Utara, terutama wilayah Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga, dan Langkat.
Untuk Aceh, penguatan dilakukan oleh MDMC DIY dan MDMC Jawa Barat, yang ditempatkan di Lhoksumawe, Bireuen, serta beberapa lokasi terdampak lainnya.
“Kami memastikan seluruh personel bekerja dalam koordinasi terpadu, baik dengan BPBD, BNPB, maupun pemerintah daerah setempat,” ujar Budi.
Amal Usaha Muhammadiyah Ikut Terdampak
Selain menolong masyarakat, beberapa amal usaha Muhammadiyah di wilayah terdampak juga mengalami kerusakan.
Pendataan sementara mencatat sejumlah sekolah yang terdampak banjir dan longsor, antara lain MTs Muhammadiyah Saning Bakar, SMA Muhammadiyah Selareh Ale, TK Aisyiyah Kayu Pasak, SD Muhammadiyah Lhoksukon, dan SMK Muhammadiyah Singkil
Asesmen lanjutan terus dilakukan untuk menghimpun data kebutuhan pemulihan, baik renovasi bangunan maupun penggantian sarana pendidikan yang hilang atau rusak.
MDMC menetapkan masa tugas relawan hingga 5 Januari 2026, mengikuti fase tanggap darurat yang diumumkan pemerintah.
Seluruh rangkaian respon lapangan mendapat dukungan penuh dari Lazismu, mulai dari penyediaan logistik bantuan, dukungan operasional relawan, hingga pendampingan kebutuhan para penyintas selama di tempat pengungsian.
Budi menegaskan bahwa kolaborasi semua pihak sangat penting untuk memulihkan situasi.
“Kami mengajak warga Muhammadiyah dan masyarakat luas untuk terus memperkuat dukungan melalui kanal resmi MDMC dan Lazismu. Setiap dukungan sangat berarti bagi para saudara kita yang masih berjuang di pengungsian maupun yang kehilangan keluarga,” ujarnya.
MDMC juga terus memantau perkembangan cuaca dan potensi bencana lanjutan. Koordinasi harian dilakukan agar seluruh relawan tetap berada dalam situasi aman selama bertugas di wilayah berisiko tinggi. (*)


0 Tanggapan
Empty Comments