Search
Menu
Mode Gelap

Membangun Karakter Islami Lewat Salat Dhuha

Membangun Karakter Islami Lewat Salat Dhuha
Foto: respectgs.us
Oleh : Bening Satria Prawita Diharja Guru PJOK SMP Muhammadiyah 1 Gresik
pwmu.co -

Berdasarkan hasil analisis Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yang dirilis oleh Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pendidikan Non Formal (PNF) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik pada tahun 2024, ditemukan berbagai alasan orang tua atau wali murid dalam memilih sekolah di Kabupaten Gresik pada jenjang SD/MI, SMP/MTs, hingga SMA/SMK/MA.

Data menunjukkan sebanyak 4.776 orang tua memilih sekolah yang menekankan pendidikan karakter melalui pembiasaan nilai Islami. Sebanyak 1.843 orang tua memilih sekolah dengan program unggulan (mulai dari ekstrakurikuler hingga kelas tahfidz).

Selanjutnya, 1.224 orang tua memilih sekolah yang dekat dengan rumah, 984 orang tua memilih sekolah dengan pembelajaran menyenangkan, 935 orang tua memilih sekolah yang mampu membina prestasi siswa, 600 orang tua memilih sekolah dengan fasilitas lengkap, dan 480 orang tua memilih sekolah yang memberikan layanan prima.

Fenomena yang terungkap dari hasil IKM tersebut seharusnya menjadi dasar bagi para pemangku kebijakan dan guru di sekolah Muhammadiyah, bersama Ikatan Wali Murid (Ikwam), untuk merancang program unggulan yang sesuai dengan hasil survei.

Program ini sekaligus dapat menjadi sarana promosi sekolah Muhammadiyah dalam memenuhi harapan wali murid terhadap pendidikan karakter melalui pembiasaan nilai-nilai Islami pada putra-putrinya.

Di era globalisasi dan digitalisasi, banyak terjadi problematika yang menuju kepada degradasi moral terutama dibidang pendidikan.

Tantangan pendidikan masa kini menjadi semakin sulit karena disebabkan oleh tuntutan masyarakat modern yang semakin kompleks sehingga muncul perilaku negatif di kalangan pelajar.

Kebiasaan bolos, miras, narkoba, pembullyan berujung tindakan kekerasan, anarkis, mencontek saat ujian, pencurian, tawuran antar pelajar, seks bebas, penyimpangan seksual, tindak asusila serta pelanggaran hukum lainnya sering terjadi pada dunia pendidikan di Indonesia.

Dengan terjadinya problematika diatas, pendidikan karakter perlu dan penting untuk diterapkan serta ditingkatkan dilingkungan sekolah Muhammadiyah. Salah satu pendidikan karakter yang dapat menjadi progam unggulan sekolah Muhammadiyah adalah salat dhuha yang dilakukan secara bersama sama di sekolah.

Dalam sebuah jurnal penelitian Ari Ginanjar Agustian (2001: 277-278) menulis, pembiasaan salat dhuha di sekolah, menciptakan proses behaviorisme yang mengarah pada internalisasi karakter karena salat yang dimaksud dilakukan secara berulang-ulang.

Selain itu salat dhuha memiliki manfaat pada kecerdasan spiritual dengan menimbulkan rasa syukur pada dirinya yang menjadikanya dirinya mempunyai sifat rendah hati, tawadhu, menenangkan jiwa, membentuk karakter kepribadian dan menguatkan ilmu pengetahuan.

Hal ini juga didukung dengan hasil riset yang dipublikasikan dalam Muhibuddin (2014: 145), dimana secara fisiologis tubuh manusia akan mengeluarkan zat enkefalindan endorphin setelah melaksanakan salat dhuha. Zat ini bersifat seperti morfin tetapi diproduksi dalam tubuh.

Sehingga ketegangan yang muncul akan hilang dan terkontol. Anak usia sekolah cenderung bersifat aktif dan tidak bisa diam.

Maka penciptaan ketenangan ini penting dilakukan agar energi aktif anak dapat tersalurkan dengan baik serta kondisi ketenangan tersebut memicu siswa untuk fokus dalam menerima pembelajaran.

Salat dhuha merupakan sunah yang dianjuran oleh Rasulullah saw. Bahkan dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah saw berwasiat kepada sahabatnya yang salah satu isi dari wasiat tersebut adalah salat dhuha.

Selain itu Allah SWT juga berfirman: ‘Wahai anak Adam, rukuklah (shalatlah) karena Aku pada awal siang (salat Dhuha) empat rakaat, maka Aku akan mencukupi (kebutuhan)-mu sampai sore hari’.” (HR Imam Ahmad).

Iklan Landscape UM SURABAYA

Ketika pagi hari kodisi badan siswa masih dalam kondisi fit, tenaga yang dikeluarkan masih sedikit dan belum terbebani dengan banyak pelajaran. Sehingga pembiasaan salat dhuha dirasa efektif dilakukan di sekolah untuk menanamkan makna filosofis ini karena pelaksanaannya dilakukan pagi hari.

Salat dhuha di pagi hari merupakan juga bentuk syukur yang harus senantiasa kita panjatkan kepada Allah.

Sebagaimana yang Allah sampaikan sendiri dalam QS. Ibrahim ayat 7. Bahwa bersyukur tidak akan menghentikan nikmat tapi justru menambah nikmat.

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”.

Penanaman rasa syukur terhadap nikmat Allah SWT dapat ditanamkan sejak dini. Salah satu caranya dengan membiasakan salat dhuha kemudian melakukan refleksi dengan siswa setelah pelaksanaannya.

Siswa dapat diajak untuk menyebutkan nikmat Allah SWT yang diterima dari pagi hari ketika bangun tidur hingga selesai pelaksanaan salat dhuha.

Seperti nafas yang tak terbatas, pandangan mata yang jelas, kesempatan untuk menempuh pendidikan dan nikmat-nikmat lain yang tak terhitung. Maka sebagai ungkapan rasa syukur ditunjukkanlah dengan salat dhuha

Memang setelah melaksanakan salat dhuha tidak semerta merta jumlah siswa baru di setiap sekolah akan membuldak.

Namun dengan memenuhi ekspektasi dari walimurid tentang pendidikan karakter nilai islami, minimal sekolah Muhammadiyah yang memiliki progam unggulan tersebut akan menjadi pilihan utama para walimurid dalam menyekolahkan putra putrinya.

Membangun karakter pada anak terutama karakter religius harus dilakukan sejak dini karena ada harapan menjadi penerus bangsa yang berakhlakul karimah.

Pembentukan karakter dapat dilakukan dengan dengan sebuah sistem. Melalui sistem yang dirancang tersebut sekolah bisa menghasilkan peserta didik memiliki nilai karakter yang baik, meliputi pendidikan karakter berbasis religius, pendidikan karakter berbasis nilai budaya, pendidikan karakter berbasis lingkungan, hingga pendidikan karakter berbasis potensi diri.

Sehingga diharapkan melalui penguatan karakter religius dapat mengembangkan nilai-nilai religius yang dimiliki peserta didik meliputi nilai ibadah, akhlak, kedisiplinan, dan keteladanan. (*)

Iklan pmb sbda 2025 26

0 Tanggapan

Empty Comments