Sebanyak 80 siswa-siswi Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Desa Ganggang, mulai dari kelas 1 hingga kelas 6, mengikuti seminar bertema “Cerdas Berinteraksi, Bebas dari Bullying” pada Kamis (17/7/2025).
Acara ini merupakan salah satu program kerja Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari prodi Psikologi Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang bahaya bullying dan cara mencegahnya sejak dini.
Seminar ini diisi oleh mahasiswi Psikologi semester 6, Putri Maulani Sri Prasasti, sebagai pemateri, yang dipandu oleh Nur Aulia Rahmah Prayugo sebagai MC, Julia Rahma Pancawati sebagai moderator, dan juga anggota KKN Kelompok 8 UMG turut membantu dalam mensukseskan acara ini. Dalam pemaparannya, Putri menjelaskan secara rinci tentang definisi bullying, jenis-jenisnya, dampak, serta cara-cara untuk menghindarinya.
Menurut Putri, bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara berulang oleh satu individu atau kelompok terhadap orang lain yang lebih lemah, dengan tujuan untuk merendahkan atau menyakiti. Bullying tidak hanya berupa kekerasan fisik seperti memukul atau menendang, tetapi juga bisa berbentuk lain.
Ada empat jenis bullying yang dijelaskan dalam seminar ini:
1. Fisik: Contohnya memukul, mendorong, atau menendang.
2. Sosial: Perilaku seperti mengucilkan atau menyebarkan rumor.
3. Verbal: Meliputi mengejek, menghina, atau memberikan julukan yang tidak pantas.
4. Cyberbullying: Kekerasan yang dilakukan melalui media sosial atau platform online.
Putri juga menegaskan bahwa tindakan bullying memiliki dampak serius bagi korbannya, baik secara fisik maupun mental. Dampak tersebut meliputi:
1. Masalah psikologis: Korban bisa mengalami kecemasan, depresi, dan hilangnya kepercayaan diri.
2. Isolasi sosial: Korban cenderung menarik diri dari pergaulan karena merasa takut atau malu.
3. Penurunan prestasi akademik: Sulit berkonsentrasi di kelas, yang berdampak pada menurunnya nilai.
4. Masalah kesehatan fisik: Korban bisa mengalami rasa sakit fisik atau gejala psikosomatik seperti sakit kepala dan insomnia.
Seminar ini juga membekali para siswa untuk mengenali tanda-tanda seseorang yang mungkin menjadi korban bullying.
Tanda-tanda tersebut antara lain penurunan prestasi akademik, perubahan perilaku (menjadi pendiam atau cemas), menghindari sekolah, serta adanya luka atau lebam yang tidak dapat dijelaskan.
Lebih lanjut, Putri juga menekankan pentingnya peran orang tua dan guru dalam mencegah bullying. Orang tua diimbau untuk mengajak anak berbicara tentang pengalaman mereka di sekolah, sementara para guru diharapkan memonitor interaksi siswa, baik di kelas maupun di area lain, dan segera menindaklanjuti setiap laporan bullying yang ada.
Acara ditutup dengan pesan motivasi yang kuat, mengajak para peserta untuk menjadi teman yang baik, saling menghargai, dan berani bersuara jika melihat atau mengalami bullying.
“Setiap teman itu istimewa dan berhak merasa aman serta bahagia di sekolah,” tegas Putri, mengingatkan semua yang hadir bahwa bersama-sama, mereka bisa menciptakan lingkungan sekolah yang lebih menyenangkan.(*)


0 Tanggapan
Empty Comments