Segala puji bagi Allah yang telah mempertemukan kita kembali dengan bulan Rajab yang mulia ini. Waktu terasa begitu cepat berlalu, membawa kita pada gerbang bulan-bulan haram, saat yang sangat tepat untuk menata hati sebelum kelak menyambut Ramadan.
Di hari pertama Rajab ini, marilah kita jadikan momentum untuk sejenak berhenti dan bermuhasabah diri. Mari saling mengingatkan dalam kebaikan dengan niat yang lurus hanya karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Bukan untuk terlihat alim di mata manusia, bukan karena riya, pamer, ujub ingin dipuji, melainkan murni sebagai pengingat tulus antar saudara seiman yang sadar bahwa kita semua fakir di hadapan-Nya.
Saudara dan sahabatku,
Kehidupan di dunia ini tak akan pernah lepas dari ujian, ibarat alam raya tak bisa dipisahkan dari hembusan angin. Ada kalanya angin itu berupa sepoi-sepoi yang menyejukkan, namun ada kalanya ia berubah menjadi terjangan badai yang menakutkan.
Kita seringkali terlena saat “angin sepoi” itu berhembus. Saat rezeki lancar, tubuh sehat, keluarga harmonis, dan karir menanjak, itulah ujian kenyamanan. Seringkali di fase inilah manusia justru lalai akan fungsinya sebagai hamba Allah, lupa bersyukur karena merasa semua baik-baik saja.
Namun, badai tidak selamanya absen. Tiba-tiba, langit kehidupan kita berubah gelap. Mungkin hari ini kita mendengar kabar PHK mendadak padahal cicilan sedang menumpuk.
Mungkin usaha yang dirintis bertahun-tahun tiba-tiba bangkrut ditipu rekan sendiri. Atau mungkin, orang yang paling kita cintai tiba-tiba divonis penyakit berat. Hati terguncang, logika macet, dan dunia terasa runtuh.
Di saat itulah, kita perlu mengingat sebuah hadis yang menggetarkan hati: “Allah memerintahkan kepada Malaikat-Nya : “Pergilah kepada hambaKu. Lalu timpakanlah bermacam-macam ujian kepadanya karena Aku mau mendengar suaranya.” (HR. Thabarani dari Abu Umamah ra)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan Malaikat-malaikat-Nya—yang tidak pernah durhaka dan tetap melaksanakan apa yang Allah perintahkan—untuk melakukan berbagai ujian kepada hamba-hamba-Nya.
Bukan karena Allah benci, tetapi justru karena rindu. Diharapkan terdengar suara lirih hamba-Nya yang sedang mengalami ujian itu berdoa, merintih, dan kembali bersimpuh di atas sajadah setelah sekian lama mungkin menjauh. Allah Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dan tergores di dalam hati hambaNya.
Dalam hidup ini, tiada jalan yang mulus tak berbatu selamanya. Akan selalu ada cobaan yang menghampiri dalam lika-liku perjalanan ini.
Seringkali, saat ujian menyapa, hati kecil kita berontak. Seorang ibu yang lelah merawat anaknya yang sakit menahun mungkin bertanya dengan air mata berlinang, “Ya Allah, kapan ini berakhir?”
Seorang pemuda yang saleh namun sulit sekali mendapat jodoh atau pekerjaan, sementara teman-temannya yang lalai justru terlihat mudah hidupnya, mungkin membatin, “Padahal aku sudah berusaha taat, kenapa jalanku sesulit ini?”
Pertanyaan-pertanyaan manusiawi ini wajar, namun Allah Subhanallahu Wa Ta’ala telah menjawabnya dalam Al-Qur’an:
“Apakah manusia mengira bahwa dia akan dibiarkan mengatakan: “Kami telah beriman sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang- orang sebelum mereka dan benar- benar Allah mengetahui orang- orang yang benar dan mengetahui pula orang-orang yang dusta.” (QS. Al-‘Ankabut : 2-3)
Di ayat yang lain Allah Subhanallahu Wa Ta’ala berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi itu sebagai perhiasan, agar Kami menguji mereka, siapakah di antara mereka yang terbaik amal perbuatannya. Dan sesungguhnya Kami akan menjadikan (pula) apa yang ada di atasnya menjadi tanah rata dan tandus.” (QS. Al Kahfi : 7-8)
Namun, wahai sahabatku, yakinlah bahwa badai pasti berlalu. Tidak ada hujan yang tak berhenti, dan tidak ada malam yang tak berganti pagi. Yakinlah akan Mahakuasa dan pertolongan-Nya. Dan yakinlah pasti akan ada hikmah besar di setiap kejadian yang dilalui, meski saat ini mata kita belum mampu melihatnya.
Yakinlah pula akan janji Allah yang tak mungkin diingkari: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya”. (QS.Al-Baqarah : 286)
Jika saat ini beban di pundakmu terasa sangat berat, itu artinya Allah tahu pundakmu cukup kuat untuk memikulnya.
Dan janji Allah bahwa cobaan pasti akan berlalu, Karena; “sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah : 5)
Saudara dan sahabatku,
Allah tidak menjanjikan langit selalu biru, matahari tanpa hujan, dan kebahagiaan tanpa kesedihan. Namun, Allah selalu menjanjikan kemudahan dalam setiap kesulitan, dan hikmah dalam setiap cobaan bagi mereka yang mau berpikir.
Di balik ujian yang Allah timpakan untuk hamba-Nya, Allah akan banyak memberi kebaikan apabila hamba-Nya bisa menjalaninya dengan kesabaran dan tawakal.
Rasulullah bersabda dalam hadits Qudsi yang artinya: “Apabila telah kubebankan kemalangan (bencana) kepada salah seorang hambaKu pada badannya, hartanya, atau anaknya, kemudian ia menerimanya dengan sabar yang sempurna, Aku merasa enggan menegakkan timbangan baginya pada hari kiamat atau membukakan buku catatan amalan baginya.” (HR. al-Qudla’i, ad Dailami dan al Hakimut Turmudzi)
Betapa luar biasanya ganjaran kesabaran itu. Bahkan ujian kecil pun adalah penggugur dosa:
“Tidak ada seorang muslim pun yang ditimpa gangguan semacam tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya melainkan dengan ujian itu dihapuskan Allah perbuatan buruknya serta di gugurkan dosa- dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun- daunnya.” (H. Muttafaq alaih)
“Ujian yang tiada henti-hentinya menimpa kaum mukmin pria atau wanita, yang mengenai dirinya, hartanya, anaknya, tetapi ia tetap bersabar, ia akan menemui Allah dalam keadaan tidak berdosa.” (HR. Turmudzi)
“Tidak ada musibah yang menimpa seperti keletihan, kelesuhan, sakit, duka, susah atau gangguan sekedar tusukan duri sekalipun, melainkan dihapuskan Allah sebagian dari dosanya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Hal ini kelihatannya mudah untuk dilakukan secara teori, tetapi banyak orang-orang yang gagal menjalaninya dalam praktik sehari-hari.
Ujian kesabaran seringkali hadir dalam bentuk “kerikil” kecil. Contohnya, saat sedang terburu-buru berangkat kerja, tiba-tiba ban motor bocor. Saat sedang lapar-laparnya, makanan yang baru dibeli tersenggol dan tumpah. Saat sedang lelah sepulang kerja, anak rewel tak henti-hentinya.
Di momen-momen “sepele” itulah kualitas sabar kita benar-benar diuji. Apakah yang keluar dari mulut kita adalah umpatan, keluhan, dan sumpah serapah? Ataukah refleks lisan kita berucap kalimat istirja (Innalillahi wa inna ilaihi raji’un), menyadari bahwa ketidaknyamanan kecil ini pun datang dari izin Allah?
Allah Subhanallahu Wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an : “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah- buahan. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang- orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata,” Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun (sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNyalah kami kembali).” (QS. Al-Baqarah: 155-156)
Saudara dan sahabatku, di bulan Rajab ini, mari kita perbarui keyakinan kita.
Yakinlah, Tak semua yang pahit itu racun, terkadang ia adalah obat yang paling cocok untuk 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘮𝘣𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯 penyakit hati kita yang mungkin sudah kronis tanpa kita sadari.
Tak semua yang berat itu beban, kadang ia menjadi sebuat latihan ahar langah kita lebih ringan dan kaki kita lebih kuat dalam mendaki menuju ridho-Nya.
Apa yang kita benci belum tentu buruk, dan apa yang kita suka belum tentu baik bagi akhiirat kita.
Marilah kita b𝘦𝘭𝘢𝘫𝘢𝘳 untuk menerima takdir Allah dengan hati yang lapang, sebab di balik semua ketentuan-N𝘺𝘢, pasti ada hikmah yang indah yang menanti di ujung jalan. (*)


0 Tanggapan
Empty Comments