Pada akhir November lalu, hujan dengan intensitas tinggi mengguyur tanpa jeda di sejumlah kabupaten di Provinsi Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Peristiwa itu telah menorehkan jejak kerusakan yang signifikan akibat banjir dan tanah longsor yang menyertainya.
Ratusan desa diterjang banjir bandang, luapan air bercampur lumpur menenggelamkan pemukiman warga, merusak dan memutus akses jalan sehingga menghambat alur logistik, infrastruktur listrik rusak dan memutus sinyal komunikasi.
Tangis Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, pecah. Ia menyebut banjir dan longsor di Aceh itu bagai tsunami kedua bagi Aceh. Beberapa kampung telah hilang, seperti di daerah Sawang dan Jambo Aye di Aceh Utara, hingga kampung di kawasan Peusangan, Bireuen.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat lebih dari 700 orang meninggal dunia, 500 orang hilang dan 2500 luka.
Bencana tersebut tidak hanya menghancurkan sarana infrastruktur fisik, tetapi juga mengguncang psikologi warga.
Mereka seolah diingatkan kembali pada memori kelam tsunami yang terjadi pada 2004 silam.
Gerusan air bah yang meluap dan mengakibatkan lereng-lereng perbukitan runtuh, seperti menjadi pengingat tentang rapuhnya kehidupan manusia ketika berhadapan dengan kekuatan alam.
Bencana alam adalah fenomena yang tidak dapat diprediksi secara pasti kapan terjadinya.
Sebagai manusia, kita hanya bisa berupaya meminimalisir risiko bencana melalui berbagai aspek, seperti pembangunan berkelanjutan dan partisipasi seluruh lapisan masyarakat.
Sekolah Siaga Bencana
Pada kelompok usia anak, dampak bencana dipandang lebih mengkhawatirkan.
Oleh karena itu, dalam UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, anak-anak dikelompokkan dalam kategori rentan.
Artinya, mereka memerlukan upaya khusus terkait pemahaman mitigasi bencana.
Salah satu lembaga yang potensial berperan dalam penanggulangan bencana adalah lembaga pendidikan.
Sekolah —sebagai tempat formal menuntut ilmu— mempunyai peran yang sangat penting dalam melaksanakan kesiagaan bencana bagi seluruh warganya (Muhyi et al, 2023).
Sekolah merupakan fasilitas umum yang digunakan masyarakat untuk memperoleh ilmu, namun juga berisiko terkena dampak dari kejadian bencana.
Karena itu, pentingnya keberadaan “Sekolah Siaga Bencana” (SSB) adalah sebagai upaya preventif serta mitigasi bencana.
SSB mempunyai dua konsep utama, yaitu: 1) lingkungan belajar yang aman, dan 2) kesiapsiagaan warga sekolah dalam menghadapi bencana.
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Pendidikan No 70a/MPN/SE/2010, pendidikan bencana harus ada di setiap satuan pendidikan.
Kebijakan ini menunjukkan bahwa stakeholder terkait harus dapat membuat kebijakan dan mengadopsi serta mengembangkan sekolah berbasis program pendidikan bencana berdasarkan karakteristik daerah dan berasaskan pada pedoman umum dari kebijakan pemerintah pusat dalam hal penanggulangan bencana.
Penyikapan terhadap kebijakan tersebut sudah seharusnya mendapatkan respon dari seluruh warga sekolah. Termasuk juga dari guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (PJOK).
Guru PJOK adalah integrator —yaitu guru yang bekerja dalam sebuah sistem dan banyak komponen terlibat didalamnya.
Sebagai integrator, guru PJOK bisa memadukan antara fasilitas (sarana dan prasarana) dan sumber daya manusia dengan sebaik-baiknya, dengan tujuan pembelajaran tercapai secara optimal.
Ketika menyusun turunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), penulis —sebagai guru PJOK di SMP Muhammadiyah 1 Gresik— mengintegrasikan pembiasaan kultur gerak dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
Langkah preventif ini bertujuan untuk menghadapi bahaya bencana alam, disampaikan secara nyata di kelas, terstruktur, terencana, dan berkesinambungan, dengan harapan peserta didik mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan belajar.
Sebuah jurnal penelitian Scopus Q1 tahun 2025, berjudul “Physical activity in physical education: a dynamic approach to earthquake disaster mitigation in schools” karya Dr. Muhammad Muhyi S.Pd., M.Pd., menemukan bahwa beberapa materi PJOK yang diajarkan di sekolah secara signifikan mampu membantu siswa bertahan (survive) saat menghadapi bencana alam.
Contohnya, ketika guru PJOK memberikan pembelajaran tentang atletik, tidak hanya menekankan peserta didik saat melakukan teknik dasar untuk lari mulai dari start, lari, dan finish yang benar.
Lebih dari itu juga menggabungkan dengan kegiatan siaga bencana, seperti: lari dari titik awal, yaitu kelas, menuju titik kumpul evakuasi yang telah ditentukan.
Atau materi lompat jauh yang didesain sesuai dengan mitigasi bencana, sehingga siswa dapat melakukan lompatan sejauh mungkin untuk menghindari bencana yang datang.
Hal ini agar anak-anak mampu memahami tanda atau sinyal tempat aman berlindung dari bencana alam.
Kebugaran Jasmani
Secara harfiah, kebugaran jasmani adalah bentuk kemampuan tubuh dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara efisien, tanpa merasa kelelahan yang berlebihan. Sekaligus menyimpan cadangan energi untuk situasi darurat.
Ini mencakup berbagai komponen kebugaran jasmani, yaitu: kekuatan (kemampuan otot melawan beban), daya tahan (kemampuan bergerak lama tanpa lelah), kelenturan (kemampuan gerak maksimal dan luas), hingga kelincahan (kemampuan berpindah tempat dalam waktu singkat).
Semua komponen ini berfungsi menjaga peluang hidup untuk meminta pertolongan hingga bantuan tiba.
Aktivitas Air
Selanjutnya, materi aktivitas air yang identik dengan renang, merupakan keterampilan penting yang dapat berfungsi sebagai pembelajaran berharga dalam menghadapi bencana alam, khususnya banjir.
Materi water rescue (penyelamatan di air) sebagai tanggap awal keselamatan dapat mempersiapkan individu secara fisik dan mental.
Dengan memahami fungsi dari gaya bebas (front crawl) dan menguasainya minimal, peluang untuk hidup dapat terjaga yang digunakan untuk meminta pertolongan.
Materi yang terakhir adalah first aid in sport and disaster (pertolongan pertama ketika mengalami cedera saat olahraga atau bencana alam).
Edukasi P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan) menurut jurnal penelitian tersebut, meningkatkan pengetahuan peserta didik tentang cara memberikan pertolongan pertama yang benar melalui metode RICE (Rest, Ice, Compression, and Elevation).
Hal ini diklaim dapat meningkatkan peluang hidup hingga 50%.
First Aid – PEACE
Selain RICE, terdapat juga metode penanganan pertama cedera yang dikembangkan oleh Achmad Syafi’ul Anam S.Pd., Gr., guru UPT SMPN 30 Gresik, yang disebut metode PEACE.
Metode ini meliputi: Protect (lindungi area cedera), Elevation (tinggikan area yang cedera), Avoid anti Inflammatory (tidak memberikan obat anti-inflamasi di awal penanganan cedera), Compression (mengompres area cedera dengan es), dan Education (edukasi dini penanganan cedera).
Wawasan tambahan ini bermanfaat bagi peserta didik agar lebih baik dan lebih sempurna dalam memberikan pertolongan pertama, sekaligus meningkatkan peluang hidup ketika mengalami bencana alam.
Peran aktif PJOK dalam penanaman 7 kebiasaan anak Indonesia hebat yang digagas Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Republik Indonesia Abdul Mu’ti yang meliputi bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan bergizi, belajar, bermasyarakat hingga tidur cepat secara tidak langsung meningkatkan ketangguhan anak anak melalui kemandirian, kedisplinan dan karakteristik yang kuat untuk menghadapi situasi sulit yang terjadi ketika mengalami bencana alam.
Peran aktif PJOK dalam penanaman “7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat” sebagai gagasan Abdul Mu’ti, secara tidak langsung meningkatkan ketangguhan anak-anak.
Kebiasaan tersebut meliputi bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan bergizi, belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat. Ini membangun kemandirian, kedisiplinan, dan karakteristik kuat untuk menghadapi situasi sulit akibat bencana alam.
Dengan mengintegrasikan pendidikan kebencanaan ke dalam materi pembelajaran PJOK, yang mengajarkan kesadaran (awareness) terhadap bencana alam serta disimulasikan secara rutin dalam beberapa periode, secara signifikan dapat memengaruhi dan meningkatkan kesiapsiagaan sekolah-sekolah yang rentan bencana, sehingga korban bencana dari kalangan anak-anak dapat diminimalisasi.***


0 Tanggapan
Empty Comments