Search
Menu
Mode Gelap

Menjadi Islami di Tengah Euforia Digitalisasi, Tersaji dalam Kajian dan Silaturahmi Smamita

Menjadi Islami di Tengah Euforia Digitalisasi, Tersaji dalam Kajian dan Silaturahmi Smamita
Kajian dan Silaturahmi Smamita kupas Menjadi Islami di Tengah Euforia Digitalisasi. Foto: Utami/PWMU.CO
pwmu.co -

SMA Muhammadiyah 1 Taman (Smamita) kembali menyelenggarakan Kajian dan Silaturrahmi di Masjid Joglo Raudlotul Muttaqin, Perumahan Istana Aloha Regency, pada Sabtu (22/11/2025). Kegiatan ini dilaksanakan atas permintaan shohibul bait, ananda Fadya Anaila Permatasari Daulay. Berbeda dari biasanya, kajian kali ini tidak digelar di kediaman, melainkan di masjid yang menjadi pusat kegiatan keagamaan warga sekitar.

Mengusung tema “Menjadi Islami di Tengah Euforia Digitalisasi”, kegiatan ini diikuti seluruh siswa kelas X-5A dengan penuh antusias. Kajian ini menjadi upaya memperkuat karakter keislaman di tengah derasnya arus modernisasi, sekaligus menghadirkan suasana pembelajaran religius yang relevan dengan perkembangan zaman.

Adapun petugas dalam kegiatan tersebut yaitu Aqilah Marito Nauli Harianjaya sebagai MC, Shaffiyah Ashimah Az Zahra sebagai pembaca Qiraatul Qur’an, dan Jordan Giordano Ahsyarista sebagai pengisi kultum.

Ustadzah Chusnul Utami, S.Pd.I, selaku guru Pendidikan Agama Islam, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Kajian dan Silaturrahmi Siswa Smamita merupakan agenda yang tidak hanya memperkuat wawasan keislaman, tetapi juga menjadi media untuk merajut ukhuwah.

“Hidup di era digital seperti saat ini menuntut kita untuk semakin bijak dan berhati-hati. Informasi begitu cepat menyebar, berbagai tren dan euforia muncul silih berganti,” ujarnya.

Menurutnya, di tengah derasnya arus digital tersebut, kegiatan kajian menjadi sangat penting agar siswa tidak terhanyut, tetapi justru mampu memperkuat karakter, memperdalam pemahaman agama, serta menumbuhkan akhlak mulia.

“Melalui kajian ini, saya berharap kalian dapat mengambil hikmah dan inspirasi untuk menjadi generasi yang berilmu, beradab, dan bertakwa. Silaturrahmi yang terjalin juga diharapkan mampu mempererat hubungan antara siswa, wali siswa, dan guru,” tambahnya.

Kajian dibuka dengan pengantar yang menyoroti fenomena digitalisasi yang kini begitu dominan dalam kehidupan pelajar, mulai dari penggunaan media sosial, teknologi pendidikan, hingga gaya hidup berbasis internet.

Ustadz Miftahol Jannah Firdaus, S.Ag., M.Pd., selaku pemateri kajian, menegaskan bahwa digitalisasi bukanlah ancaman, melainkan peluang bagi generasi muda untuk memperkuat identitas sebagai muslim yang berakhlak, produktif, dan bijak dalam memanfaatkan teknologi.

Dalam pemaparannya, ia menyampaikan tiga fokus utama agar remaja terhindar dari euforia berlebihan.

Iklan Landscape UM SURABAYA

Pertama, menghindari perbuatan dosa dengan menjauhi perilaku yang melanggar ajaran agama serta menahan diri dari tindakan impulsif yang sering muncul saat euforia. Kesadaran untuk tidak mendekati dosa akan menumbuhkan kontrol diri yang kuat.

Kedua, memperbanyak dzikir dan selalu mengingat Allah. Dzikir mampu menenangkan hati dan menstabilkan emosi sehingga seseorang lebih mampu membedakan kesenangan yang bermanfaat dan yang berlebihan atau menjerumuskan.

Ketiga, menjauhi sikap hubbud dunya atau cinta dunia secara berlebihan. Kecintaan yang berlebihan terhadap dunia dapat memicu perilaku mengejar kesenangan semata yang sering melahirkan euforia tanpa kontrol.

Selain itu, ia mengajak seluruh peserta untuk bijak bermedia sosial, memahami etika dalam berinteraksi di dunia maya, serta menghindari konten yang dapat merusak moral.

“Manfaatkan teknologi untuk kebaikan. Digitalisasi dapat menjadi sarana untuk belajar Al-Qur’an, memperluas wawasan keagamaan, hingga berdakwah secara kreatif,” pesannya.

Ia juga mengingatkan bahwa meski hidup di era serba cepat, siswa tetap harus menjaga spiritualitas dengan istiqamah dalam ibadah, akhlak, dan adab sebagai fondasi utama kehidupan seorang muslim.

Suasana kajian berlangsung hangat dan interaktif. Para siswa diberi kesempatan mengajukan pertanyaan seputar tantangan menjaga identitas keislaman di era digital.

Kegiatan ini menjadi pengingat bahwa digitalisasi tidak boleh menjauhkan generasi muda dari nilai-nilai Islam. Sebaliknya, melalui pemahaman yang benar, teknologi dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas diri dan memberi manfaat bagi sesama. (*)

Iklan pmb sbda 2025 26

0 Tanggapan

Empty Comments