
PWMU.CO – Kemajuan dan kejayaan suatu bangsa tergantung bagaimana desain kebijakan pendidikannya. Yaitu apakah sekedar tambal sulam dan tidak menyentuh persoalan yang mendasar atau terprogram secara berkelanjutan. Dari sini kita bisa memahami pentingnya pendidikan yang merupakan salah satu pilar utama dalam menyongsong masa depan yang lebih baik.
Indonesia Emas 2045 sebagai penanda seratus tahun kemerdekaan bangsa setelah terbebas dari cengkraman penjajahan bangsa asing. Tapi menyisakan wajah bangsa dalam kondisi tertindas, kebodohan, kemiskinan dan ketertinggalan. Â Terbebasnya dari masa penjajahan tidak otomatis merubahnya menjadi bangsa yang lebih berdaulat. Menjadi bangsa yang mampu mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran, menguatkan persatuan dan keadilan. Serta mampu mewarisi perjuangan para pahlawan seiring hadirnya insan-insan terpelajar yang unggul dan berprestasi.
Secara historis, saat Muhammadiyah berdiri (tahun 1912), Kiai Haji Ahmad Dahlan langsung tanggap terhadap kebutuhan masyarakat akan pendidikan. Maka beliau pun berusaha dan menginisiasi berdirinya lembaga pendidikan sebagai pintu pembuka wawasan berbangsa, penguat kesadaran persatuan, menumbuhkan karakter sesuai akhlaqul karimah, menguasai dan terampil dalam perkembangan teknologi, dan mampu mengintegrasikan nilai nilai spiritual yang mencerahkan.
Pimpinan Muhammadiyah ketika mendapat amanah — baik yang berada di tingkat pusat, wilayah, daerah, cabang dan ranting — senantiasa berusaha hadir melalui pembangunan infrastruktur pendidikan. Hal itu Muhammadiyah sudah melakukannya sejak 33 tahun sebelum bangsa Indonesia merdeka. Hingga kini komitmen tersebut masih terjaga dengan baik sebagai sebuah gerakan yang dinamis. Karena itulah, kehadiran Muhammadiyah selalu menjadi kebutuhan warga bangsa karena luasnya wilayah negeri Indonesia.
Lembaga pendidikan milik Muhammadiyah tidak terlepas dari komitmen para pimpinan dan anggota Muhammadiyah sendiri dalam menyatukan visi dakwah dalam dunia pendidikan. Karena mengingat tantangan ke depan yang jauh lebih kompleks, maka kini terletak pada seperti apa kebijakan dan implementasinya dalam pendidikan.
Mencermati kondisi bangsa yang masih memprihatinkan, tampak jelas bahwa meskipun Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, masih banyak rakyat yang hidup dalam penderitaan. Pengelolaan Kekayaan alam yang seharusnya bermanfaat untuk kesejahteraan bersama justru sering menyimpang arah dan untuk kepentingan pribadi dan kelompok melalui praktik korupsi yang luar biasa besar. Di sisi lain, potensi kecerdasan anak-anak Indonesia yang sangat besar belum ada upaya optimalisasil untuk kemajuan dan kemakmuran bangsa.
Muhammadiyah hadir sebagai bagian dari solusi, berperan dalam mempercepat pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan yang unggul dan berprestasi. Upaya ini dapat terwujud melalui penguatan karakter spiritual, semangat belajar, persatuan, serta penanaman jiwa patriotisme demi kejayaan bangsa Indonesia.
Tema Hari Pendidikan Nasional 2025 ini adalah “Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua.” Profesor Abdul Mu’ti selaku Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) mengajak kita semua untuk berpartisipasi sekaligus berkontribusi, khususnya dalam dunia pendidikan. Sehingga ada solusi yang komprehensif dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu. Dengan semangat kebersamaan untuk memajukan pendidikan Indonesia. Saatnya kita melakukan aksi kolaborasi — bukan mencaci sana sini sehingga melupakan substansi. Pendidikan yang bermutu baik dari aspek akademik maupun non akademik agar mampu bersaing di dunia global melalui karakter keunggulan.
Dalam momentum Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025 ini, mari kita persiapkan dan sambut hadirnya generasi emas Indonesia — generasi yang memiliki spiritualitas dan akhlak mulia, menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang progresif, serta memiliki daya tahan fisik dan mental yang kuat.
Kita tentu prihatin ketika di tengah upaya menciptakan pendidikan yang unggul dan berprestasi, justru muncul berbagai tindakan destruktif yang mengancam masa depan anak bangsa. Aksi kekerasan, penyalahgunaan minuman keras dan narkoba, serta melemahnya semangat generasi muda untuk menjadi pribadi tangguh, menjadi tantangan serius yang harus dihadapi bersama.
Oleh karena itu, peran pendidikan sangatlah penting. Tugas para pendidik adalah tugas mulia untuk memajukan bangsa. Sudah seharusnya pula kesejahteraan mereka diperhatikan. Jangan sampai mereka yang selama ini menjadi sumber inspirasi dan motivasi dalam proses pembelajaran justru mengalami kekurangan yang berdampak pada kesejahteraan hidup mereka.
Para guru juga ditantang untuk terus belajar dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Mereka tidak boleh stagnan, agar tidak tertinggal dalam arus percepatan perubahan dunia yang terus bergerak maju.
Proses pembelajaran yang menyenangkan membangkitkan semangat belajar serta mendorong lahirnya ide-ide cemerlang melalui inovasi. Oleh karena itu, tujuh kebiasaan yang menjadi gagasan Mendikdasmen harus benar-benar tertanam kuat dalam diri setiap anak. Melakukan kebiasaan-kebiasaan kecil secara konsisten akan membawa perubahan besar dalam jangka panjang.
Harapan dari penguatan karakter melalui 7 Kebiasaan Anak Indonesiaadalah menyatu dalam proses pembelajaran, yang mencakup: bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, senang belajar, aktif bermasyarakat, dan tidur tepat waktu. Anak-anak Indonesia yang hebat adalah mereka yang belajar dengan semangat, berkarya secara kreatif, sehat secara jasmani dan rohani, serta mampu berinteraksi secara konstruktif dan produktif.
Selamat Hari Pendidikan Nasional! Mari tingkatkan partisipasi untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas.
Editor Notonegoro


0 Tanggapan
Empty Comments