Search
Menu
Mode Gelap

Meski Hari Libur Pendidikan Akhlak Tidak Boleh Libur

Meski Hari Libur Pendidikan Akhlak Tidak Boleh Libur
pwmu.co -
Oleh Ahmad Afwan Yazid, MPd – Wakil Kepala SD Mupat Kota Malang, Guru PAI, Praktisi Pendidikan dan Parenting Keluarga

PWMU.CO – Liburan sekolah merupakan momentum yang tepat untuk memperkuat pendidikan akhlak anak di lingkungan rumah. Dalam masa jeda dari rutinitas belajar formal, anak memiliki lebih banyak waktu bersama keluarga, yang bisa dimanfaatkan orang tua untuk menanamkan nilai-nilai moral dan spiritual secara lebih intensif. Melalui kebiasaan sederhana seperti salat berjamaah, membantu pekerjaan rumah, menjaga sopan santun dalam berbicara, hingga berbagi dengan sesama, anak belajar pentingnya tanggung jawab, empati, dan kesalehan sosial. 

Orang tua berperan sebagai teladan utama yang secara langsung membentuk karakter anak melalui interaksi harian yang penuh kasih sayang dan keteladanan. Selain itu, kegiatan seperti membaca buku-buku Islami, berdiskusi tentang nilai-nilai kehidupan, atau berkunjung ke tempat yang mengedukasi secara moral juga dapat menambah pemahaman anak akan pentingnya akhlak mulia. Dengan demikian, liburan tidak hanya menjadi waktu bersantai, tetapi juga menjadi ruang yang bermakna untuk memperkuat fondasi karakter anak agar tumbuh menjadi pribadi yang berakhlak baik dan bertanggung jawab.

Pendidikan akhlak dalam pembentukan karakter anak tidak mengenal batas waktu maupun ruang. Upaya penanaman nilai moral dan etika tidak hanya terjadi di ruang kelas melalui materi pelajaran, tetapi juga berlangsung secara alami dalam lingkungan keluarga. Justru, ketika anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, peran orang tua menjadi sangat penting sebagai pendidik utama dalam kehidupan mereka. Orang tua tidak hanya menjadi teladan, tetapi juga penanam nilai-nilai luhur melalui kebiasaan sehari-hari. Oleh karena itu, sinergi antara pendidikan formal dan lingkungan keluarga sangat diperlukan demi tumbuhnya karakter anak yang kuat dan berakhlak mulia.

Pendidikan akhlak selama liburan dapat menjadi sarana penting dalam memperkuat fondasi karakter anak. Dalam masa libur yang lebih santai dan fleksibel, nilai-nilai akhlak bisa ditanamkan melalui pendekatan yang lebih personal, menyentuh, dan penuh kedekatan emosional. Pada saat seperti ini, peran orang tua menjadi sangat vital sebagai garda terdepan pendidikan di rumah, menggantikan peran guru selama masa sekolah. Kehadiran orang tua yang aktif dan sadar akan tanggung jawab ini memungkinkan proses pendidikan akhlak berlangsung secara alami dalam interaksi sehari-hari, seperti melalui keteladanan, dialog, maupun kegiatan bersama yang membangun nilai moral anak.

Dalam pendidikan Islam, akhlak menempati posisi sentral sebagai inti dari pembentukan karakter anak. Rasulullah SAW diutus bukan hanya untuk menyampaikan ajaran tauhid, tetapi juga untuk menyempurnakan akhlak manusia, sebagaimana sabdanya:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad).

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan akhlak merupakan fondasi utama dalam proses pembinaan generasi yang beriman, berilmu, dan berperilaku luhur.

Iklan Landscape UM SURABAYA

Dalam perspektif sosiologi pendidikan, liburan bukan menjadi akhir dari kegiatan belajar mengajar. Liburan hanyalah pergeseran tempat belajar dan metode pembelajaran. Anak tetap menjalani proses belajar meski tanpa papan tulis atau layar proyektor. Mereka menjalaninya melalui keteladanan orangtua, interaksi dalam keluarga, dan bergaul dengan situasi kehidupan nyata. Kesinambungan antara guru dan orangtua sangat penting agar proses pendidikan tidak terputus. Jika disekolah, anak-anak dibimbing secara formal, maka anak-anak di rumah mempraktekkannya dalam pengawasan secara langsung orangtua.

Orangtua dan guru perlu memiliki visi yang selaras serta komunikasi yang efektif demi mendukung pendidikan anak secara optimal, sejalan dengan prinsip Ki Hadjar Dewantara bahwa “setiap tempat adalah sekolah dan setiap orang adalah guru,” sehingga proses belajar dapat berlangsung kapan saja dan di mana saja.

Liburan bukanlah alasan untuk berhenti belajar, justru menjadi momen penting untuk menguji dan memperkuat pendidikan akhlak anak. Dalam masa ini, peran orang tua sebagai garda terdepan sangat krusial untuk memastikan nilai-nilai kebaikan tetap tertanam dalam hati anak-anak. Melalui pendampingan yang konsisten, liburan dapat menjadi ajang pembiasaan positif dalam suasana yang lebih santai. Kolaborasi antara rumah dan sekolah harus terus terjalin dengan baik agar proses pendidikan tetap berkelanjutan. Dengan demikian, kita berharap lahir generasi yang unggul secara intelektual, matang secara emosional, dan kuat secara moral di masa mendatang.***

Editor Notonegoro

Iklan pmb sbda 2025 26

0 Tanggapan

Empty Comments