Search
Menu
Mode Gelap

Nur Ainun: Budaya Membaca adalah Nafas Gerakan IMM, Bukan Sekadar Gaya Hidup

Nur Ainun: Budaya Membaca adalah Nafas Gerakan IMM, Bukan Sekadar Gaya Hidup
pwmu.co -
budaya membaca

PWMU.CO — Di tengah derasnya arus digitalisasi dan gaya hidup instan, Ketua Umum Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Aceh Barat, Nur Ainun SSos menegaskan hal penting. Ia berujar bahwa membangun budaya membaca di kalangan kader IMM merupakan kebutuhan mendesak.

Hal ini ia sampaikan dalam wawancara eksklusif pada Senin (9/6/2025), menyoroti urgensi literasi sebagai fondasi pergerakan intelektual, humanis, dan religius.

Wanita kelahiran Siabu, 3 April 2003 itu menuturkan bahwa budaya membaca bukan hanya aktivitas akademik. Melainkan bentuk perlawanan terhadap kemiskinan intelektual.

“Dalam tubuh IMM, membaca adalah napas gerakan. Tanpa itu, kita hanya menjadi aktivis reaktif, bukan transformasional” ujar Ainun, mengutip pemikiran sastrawan Pramoedya Ananta Toer untuk mempertegas pandangannya.

Tantangan Terbesar Tumbuhkan Minat Baca

Menurutnya, tantangan terbesar yang IMM hadapi dalam menumbuhkan minat baca di era digital adalah budaya instan yang semakin mengakar.

“Informasi yang sangat mudah diakses melalui media sosial membuat kader lebih nyaman dengan konten visual atau ringkasan singkat daripada membaca buku secara utuh” jelasnya.

Selain itu, keterbatasan fasilitas literasi, kurangnya figur teladan pembaca, serta gaya hidup mahasiswa yang sibuk turut memperparah kondisi ini.

Menghadapi tantangan tersebut, PC IMM Aceh Barat telah merancang berbagai strategi. Salah satunya adalah melalui kegiatan rutin mingguan bertajuk PE-KA (Pengajian Kader).

Kegiatan ini terancang untuk menanamkan nilai-nilai trilogi IMM: keagamaan, kemahasiswaan, dan kemasyarakatan. “Untuk mengukur keberhasilannya, kami lakukan monitoring dan evaluasi lewat pertemuan lanjutan yang bersifat follow-up” terang Ainun.

Iklan Landscape UM SURABAYA

Lebih lanjut, Ainun menegaskan bahwa budaya membaca memiliki keterkaitan erat dengan kualitas kader IMM. “Membaca membentuk pondasi berpikir. Kader yang terbiasa membaca cenderung lebih kritis, reflektif, dan dewasa dalam bertindak” ungkapnya.

Tak Harus Baca Semua Buku

Namun demikian, ia menyadari bahwa tidak semua kader memiliki akses atau motivasi untuk membaca secara mendalam.

Karenanya, Ainun menekankan pentingnya pendekatan yang inklusif dan humanis dalam membangun budaya membaca.

“Kader IMM tidak harus membaca semua buku, tapi jangan sampai tidak membaca apa-apa. Kita harus mulai dari apa yang mereka suka—entah itu novel, komik, sejarah, atau biografi” tegasnya.

“Dan secara bertahap kita ajak naik level, bukan dengan menghakimi, tapi dengan menemani prosesnya” jelasnya penuh semangat.

Dengan komitmen seperti ini, Nur Ainun berharap IMM dapat melahirkan kader-kader yang tak hanya cakap secara akademik. Tetapi juga memiliki kedalaman intelektual dan kepekaan sosial.

Budaya membaca, menurutnya, bukan sekadar kebiasaan, melainkan bagian integral dari proses kaderisasi IMM yang humanis dan berkelanjutan. (*)

Penulis Fathan Faris Saputro, Editor Danar Trivasya Fikri

Iklan pmb sbda 2025 26

0 Tanggapan

Empty Comments